Thursday 3 December 2015

Pemeriksaan kulit

Pada pemeriksaan kulit, hal-hal yang perlu diperiksa dan diperhatikan adalah
a. Warna atau perubahan warna kulit
b. Efloresensi atau ruang kulit
c. Turgor atau ketengangan kulit
d. Suhu kulit pada perabaan
e. Keringat atau kelembapan
f. Atrofi atau hipertrofi kulit

Tentukan lokasi dan distribusi (penyebaran) kelainan yang tampak pada kulit, tempat mulainya timbul kelainan yang tampak pada kulit (efloresensi), urut-urutan perubahan yang terjadi, dan seterusnya, karena masing-masing penyakit mempunyai ciri khas perubahan kulit yang berbeda-beda.

a. Warna atau perubahan warna kulit

Pucat pada wajah misalnya terdapat pada anemia, kurang gizi, penderita penyakit kronik atau berat, dapat pula karena ketakutan, emosi dan lain-lain.
  • Kemerahan yang disebabkan oleh melebarnya atau bertambahnya pembuluh darah disebut eritema, bila terdapat di kulit disebut eksantema, eritema akan menghilang (menjadi pucat) bila ditekan dengan jari.
  • Kemerahan (eritema) pada wajah misalnya terdapat pada keadaan demam, alkoholisme, obat (acidum nicotinicum, atropin, dan lain-lain), tersengat sinar matahari, emosi dan malu.
  • Eritema pada kedua pipi (malar flush), terdapat pada penderita stenosis katup mitral (MS)
  • Eritema berbentuk kupu-kupu pada wajah (tubuh kupu-kupu di tengah dan sayap pada pipi) terdapat pada lupus eritematosus diseminata, disebut sebagai butterfly rush.
  • Kemerahan yang berbatas tegas (eritema marginatum) di badan, bagian flexor lengan bawah atau paha, terdapat pada demam reumatik aktif.
  • Kemerahan pada tangan yaitu pada ujung-ujung jari, tenar dan hipotenar disebut sebagai palmar eritema, terdapat pada sirosis hati.
  • Eritema berupa bercak-bercak kecil yang tersebar di dada, abdomen, punggung dan bahu (roseolae, rose spot) terdapat pada demam tifoid.    
                                   
       

                       




  • Kemerahan berbentuk kecil seperti laba-laba (spider nevi), menjadi pucat bila bagian tengahnya ditekan, tersebar di muka, leher, punggung, terdapat pada sirosis hati dan wanita hamil.
                       


  • Eritema berupa bercak-bercak dapat pula merupakan stadium permulaan dari efloresensi tahap berikutnya, misalnya menjadi makulopapula seperti pada morbili, menjadi vesikula seperti pada variola dan varisela.
  • Kemerahan akibat terjadinya perdarahan pada kulit (tidak menghilang bila ditekan disebut ptekie (<2mm), purpura (2-5mm), ekimosis  (<5mm), atau hematoma apabila besar sekali. terdapat pada penyakit perdarahan, anemia aplastik, leukemia, DHF, endokarditis infektof (bakterialis) sub akut, meningitis karena meningokok.
                         


b. Efloresensi atau ruam kulit

Efloresensi atau ruam kulit dapat bersifat primer (timbul langsung akibat penyakit, dapat sekunder (efloresensi primer yang menjadi rusak) .

Efloresensi primer misalnya makula yaitu bercak berbatas tegas yang warnanya berbeda dengan warna kulit yang mengelilinginya (mungkin suatu eritem, purpura, hiper atau hipopigmentasi).
  • Papula yaitu penonjolan kecil (<1cm) padat, berbatas jelas.
    • Bila 1-2 cm disebut nodul
    • Bila > 2 cm disebut tumor
  • Vesikel yaitu gelembung berisi cairan jernih (<1cm), bila >1cm disebut bula
  • Pustula yaitu vesikel yang berisi nanah
  • Urtika yaitu eritema yang sedikit menonjol dari permukaan kulit atau mukosa dan berbatas jelas.
                             



                     


Efloresensi sekunder, yaitu :
  • Skuama (sisik)
  • Krusta, yaitu lesi dengan cairan (nanah, serum atau darah) yang keluar daripadanya dan telah mengering
  • Erosi yaitu kerusakan kulit superfisial, basah tanpa darah
  • Ekskoriasi yaitu kerusakan yang lebih dalam dari erosi dan tampak ada darah
  • Ulkus yaitu kerusakan yang lebih dalam dari ekskoriasi
  • Fisura yaitu kulit yang terbelah
  • Sikatriks (parut) yaitu jaringan ikat pengganti kulit yang rusak atau hilang
Bekas-bekas garukan akan tampak pada orang yang menderita gatal atau pruritus walaupun tanpa adanya kelainan yang jelas pada kulit misalnya pada penderita DM, uremia, penyakit hodgkin atau obstruksi saluran empedu.

c. Turgor atau ketegangan kulit

Turgor kulit (ketegangan atau elastisitas) akan menjadi buruk atau berkurang pada orang tua atau pada keadaan dehidrasi. kulit seolah longgar, tidak tegang atau elastis dan keriput. cara membuktikannya ialah dengan menjepit beberapa saat kulit di pelipis, dada, punggung tangan atau dinding perut kemudian lepaskan. kulit yang turgornya buruk akan tetap keriput atau terlipat beberapa saat setelah jepitan dilepas.

d. Suhu kulit pada perabaan

Suhu kulit pada perabaan akan tinggi pada saat demam atau karena adanya peradangan, juga pada metabolisme yang meningkat, seperti pada hipertiroidisme. pada keadaan syok suhu tubuh menjadi dingin dan pada hipoglikemia akan terasa lembab.

e. Keringat atau kelembaban

Kulit yang kering dijumpai pada orang-orang tua, keadaan dehidrasi, miksedema, defisiensi vitamin A, lepra atau karena obat seperti atropin. kulit berkeringat atau lembab terdapat pada hipertiroidisme dan hipoglikemia.


f. Atrofi atau hipertrofi kulit


Atrofi kulit menyebabkan kulit tampak tipis, mengkilap, disertai hilangnya folikel rambut dan kelenjar keringat. misalnya terdapat pada orang tua atau pada penyakit kulit yang merusak kulit atau karena penyinaran dengan sinar radioaktif.


Striae adalah garis keputihan, kelabu atau kecoklatan yang disebabkan atrofi oleh karena regangan, misalnya pada dinding perut karena kehamilan (striae gravidarum), asites atau oleh tumor yang besar.

                                       


Pada hipertrofi kulit, kulit tampak menebal, kasar, misalnya pada miksedema, akromegali. bila subkutis kemasukan udara, maka akan teraba krepitasi. keadaan ini disebut sebagai emfisema subkutan.

Daftar pustaka :

Natadidjaja H. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Dalam. Binarupa Aksara; Jakarta: 2012. hal 69-76








                                       
               

No comments:

Post a Comment