Saturday 21 March 2020

DISPNEU

American Thoracic Society mendefinisikan dispneu sebagai "pernapasan yang tidak nyaman secara subjektif yang terdiri dari sensasi nyata secara kualitatif yang intensitasnya berbeda-beda. pengalaman tersebut merupakan hasil dari interaksi di antara faktor-faktor fisiologis, psikologis, sosial dan lingkungan dan dapat menginduksi respons fisiologis dan perilaku sekunder. suatu gejala dispneu harus dibedakan dari tanda-tanda peningkatan kerja pernapasan.

MEKANISME DISPNEU
Sensasi pernapasan adalah konsekuensi dari interaksi antara eferen, atau output motor yang keluar dari otak ke otot-otot pernapasan (feed-forward)  dan aferen, atau input sensoris yang masuk dari reseptor-reseptro di seluruh tubuh, serta proses integratif informasi ini yang kita duga terjadi di dalam otak. berbeda dengan sensasi nyeri yang disebabkan stimulasi satu ujung saraf, sensasi dispneu lebih sering dilihat sebagai sensasi holistik, lebih mirip dengan lapar atau haus. penyakit tertentu dapat menyebabkan dispneu melalui satu atau lebih mekanisme, beberapa hanya terjadi pada kondisi tertentu, seperti olahrga, tetapi tidak pada yang lain, misalnya perubahan posisi.

Eferen motor
Gangguan pompa ventilasi, umumnya peningkatan resistensi atau kekakuan jalan napas (penurunan komplians), disebabkan oleh peningkatan kerja pernapasan atau sensasi usaha keras untuk bernapas. bila otot-otot lemah atau lelah, diperlukan usaha yang lebih besar, meskipun mekanika sistem normal. peningkatan output neural dari korteks motoris disensasi melalui discharge yang mengikuti, yaitu sinyal neural yang dikirim ke korteks sensoris pada waktu yang bersamaan dengan output motorik ke otot-otot pernapasan.

Aferen sensoris
Kemoreseptor pada korpus karotis dan medulla teraktivasi karena hipoksemia, hiperkapnia akut, dan asidemia. Stimulasi reseptor-reseptor ini, serta reseptor lain yang menyebabkan peningkatan ventilasi, menimbulkan sensasi air hunger. Mekanoreseptor dalam paru menimbulkan sensasi rasa sesak di dada bila terangsang karena bronkospasme. Reseptor J yang sensitif terhadap edema interstisiao dan reseptor vaskular paru, teraktivasi melalui perubahan akut pada tekanan arteri pulmonalis, tampak berperan pada air hunger. Hipeprinflasi dikaitan dengan sensasi meningkatnya usaha untuk bernapas dan ketidakmampuan menarik napas dalam atau napas yang tidak memuaskan. Metaboreseptor, terletak pada otot rangka, dipercaya menjadi aktif karena perubahan pengaruh lingkungan biokimiawi lokal pada ajringan yang aktif selama beraktivitas dan bila dirangsang, berperan pada rasa tidak nyaman pernapasan.


Integrasi: Ketidakseusaian eferen-reaferen
Ketidakseusaian antara pesan feed-forward ke otot pernapasan dan feedback dari reseptor yang memonitor respons pompa ventilasi meningkatkan intensitas dispneu. ini sangat penting bila terjadi gangguan mekanis pompa ventilasi, seperti pada asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Ansietas
Ansietas akut dapat eningkatkan keparahan dispneu baik dengan mengubah interpretasi data sensoris maupun mengarah ke pola pernapasan yang meningkatkan kelainan fisiologis pada sistem pernapasan. misalnya pada pasien-pasien dengan keterbatasan aliran ekspirasi, peningkatan laju pernapasan yang menyertai ansietas akut dapat menyebabkan hiperinflasi, peningkatan kerja dan usaha pernapasan dan sensasi napas yang tidak mencukupi.

MENILAI DISPNEU
Kualitas sensasi
Sama seperti nyeri, penilaian dispneu dimulai dengan penentuan kualitas rasa tidak nyaman. daftar pertanyaan tentang dispneu, atau daftar frase sering digunakan oleh pasien, membantu mereka yang mengalami kesulitan menjelaskan sensasi pernapasannya.

Intensitas sensoris
Skala Borg yang dimodifikasi atau skala analog visual dapat digunakan untuk mengukur dispneu saat istirahat, tepat setelah olahraga atau dalam mengingat aktivitas fisik yang berulang, seperti naik tangga di rumah. pendekatan alternatif adalah untuk meneyelidiki mengenai aktivitas yang dapat dilakukan pasien, yaitu untuk mendapatkan sensasi kecacatan Baseline Dyspnea Index dan Chronic Respiratory Disease Questionnaire merupakan alat yang sering digunakan untuk tujuan ini.

Dimensi afektif
Sebuah sensasi dilaporkan sebagai gejala bila sensasi tersebut dirasakan tidak nyaman atau abnormal. Pemeriksaan laboratorium memperlihatkan bahwa air hunger mencetuskan respon afeksi yang lebih kuat daripada peningkatan usaha atau kerja pernapasan. Beberapa terapi untuk dispneu, seperti rehabilitasi paru dapat mengurangi rasa tidak nyaman dalam bernapas dengan mengubah dimensi ini.

Asosiasi deskriptif kualitatif dan mekanisme patofisiogis napas pendek
Deskripsi
Patofisiologi
Sesak dada atau sensasi terjerat
Bronkokonstriksi, edema interstisial (asma, iskemia miokardium)
Peningkatan kerja atau usaha bernapas
Obstruksi jalan napas, penyakit neuromuscular (PPOK, asma sedang sampai berat, miopati, kifoskoliosis)
Air hunger, perlu untuk bernapas, keinginan untuk bernapas
Peningkatan dorongan untuk bernapas (CHF, emboli paru, obstruksi jalan udara sedang sampai berat)
Tidak dapat bernapas dalam pernapasan yang tidak puas
Hiperinflasi (asma, PPOK) dan tidal volume terbatas (fibrosis paru, restriksi dinding dada)
Pernapasan berat, pernapasan cepat, lebih sering bernapas
Deconditioning


DIAGNOSIS BANDING
Dispneu adalah konsekuensi deviasi fungsi normal sistem jantung-paru. Deviasi-deviasi ini menyebabkan kesulitan bernapas sebagai akibat peningkatan dorongan bernapas, peningkatan usaha atau kerja pernapasan, dan/ stimulasi reseptor pada jantung, paru atau sistem pembuluh darah. Sebagian besar penyakit sistem pernapasan disebabkan oleh perubahan sifat mekanis paru dan/ dinding dada, sering sebagai konsekuensi penyakit parenkim paru atau saluran napas. Sebaliknya, gangguan pada sistem kardiovaskular lebih sering menimbulkan dispneu dengan menyebabkan gangguan pertukaran gas atau merangsang reseptor paru dan/atau pembuluh darah.

Dispneu sistem pernapasan

Penyakit saluran napas
Asma, PPOK, Penyakit-penyakit paru obstruktif yang paling sering terjadi, ditandai dengan obstruksi saluran napas ekspirasi, yang biasanya menyebabkan hiperinflasi dinamik paru dan dinding dada.

Penyakit pada dinding dada
Kondisi-kondisi yang membuat dinding dada kaku, seperti kifoskoliosis atau yang melemahkan otot-otot pernapasan seperti miastenia gravis atau sindrom Guillan-Barre, juga disebabkan oleh peningkatan usaha untuk bernapas.

Penyakit parenkim paru
Penyakit paru interstisial, yang dapat timbul karena infeksi, terpajan pekerjaan atau gangguan autoimun, disebabkan oleh peningkatan kekakuan (penurunan komplians) paru dan peningkatan kerja pernapasan.

Dispneu sistem kardiovaskular

Penyakit jantung kiri
Penyakit-penyakit miokardium yang disebabkan oleh penyakit koroner dan kardiomiopati noniskemik menyebabkan volume diastolik akhir ventrikel kiri yang lebih besar, elevasi diastolik akhir ventrikel kiri serta peningkatan tekanan kapiler paru. peningkatan tekanan ini menyebabkan edema interstisial dan merangsang reseptor paru sehingga menimbulkan dispneu, hipoksemia yang disebabkan oleh ketidaksesuaian V/Q juga dapat menyebabkan sulit bernapas. Disfungsi diastolik, ditandai dengan ventrikel kiri yang sangat kaku dapat menimbulkan dispneu berat dengan tingkat aktivitas fisik relatif ringan, terutama jika terdapat regurgitasi mitral.

Penyakit pembuluh darah paru
Penyakit tromboemboli paru dan penyakit primer sirkulasi paru (vaskulitis pulmonal, hipertensi pulmonal primer) menyebabkan dispneu melalui peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan stimulasi reseptor pulmonal. Hiperventilasi sering terjadi dan hipoksemia dapat terjadi. Namun pada sebagian besar kasus, penggunaan oksigen tambahan memiliki efek minimal pada keparahan dispneu dan hiperventilasi.

Penyakit perikardium
Perikarditis konstriktif dan tamponade jantung menyebabkan peningkatan tekanan pembuluh darah dan intrajantung yang mungkin menjadi penyebab dispneu pada keadaan ini. Hingga curah jantung menjadi terbatas, saat istirahat atau aktivitas, stimulasi metaboreseptor dan kemoreseptor (jika terjadi asidosis laktat) juga ikut berperan.


Dispneu dengan sistem kardiovaskular dan pernapasan normal
Anemia ringan sampai sedang menyebabkan rasa tidak nyaman saat bernapas selama olahraga. Hal tersebut dianggap berhubungan dengan stimulasi metaboreseptor, saturasi oksigen normal pada pasien-pasien dengan anemia. Kessulitan bernapas yang dihubungkan dengan obsitas mungkin disebabkan oleh banyak mekanisme, termasuk tingginya curah jantung dan gangguan fungsi pompa ventilasi (penurunan komplians dinding dada). Deconditioning kardiovaskular (kebugaran yang buruk) ditandai dengan perkembangan dini metabolisme anaerob serta stimulasi kemoreseptor dan metaboreseptor.