Saturday, 6 September 2014

Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunaan seluruh panca indera dokter dan alat-alat sederhana seperti termometer, tensimeter, lampu senter, lampu senter, palu refleks, spatel lidah, meteran dan stetoskop. pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi (memeriksa dengan melihat), palpasi (memeriksa dengan meraba), perkusi (memeriksa dengan mengetuk) dan auskultasi (memeriksa dengan mendengar menggunakan stetoskop). karena itu melakukan pemeriksaan jasmani harus dilakukan di tempat yang tidak bising, terang dan menjamin privasi pasien. sebaiknya pada saat pemeriksaan, dokter didampingi perawat. pemeriksaan harus dilakukan secara sistematus, efisien dan tidak melelahkan pasien. hasil pemeriksaan fisik dicatat dalam status.
Tanda Vital (Vital Sign)
1. Suhu 
2. Denyut nadi
3. Tekanan darah
4. Pernapasan


 I. SUHU

Diukur dengan termometer yang dapat diletakkan pada ketiak, di bawah lidah, rektum kadang-kadang pada vagina, sedikitnya selama menit, biasanya  pada ketiak suhu ketiak 0,2° lebih rendah dari suhu bawah dan 0,5° lebih rendah dari suhu rektum. Suhu tubuh berfluktuasi secara fisiologik sepanjang hari, terendah pada pagi hari pada saat bangun tidur, tertinggi pada kira-kira pukul 15.00-17.00. suhu tubuh dipengaruhi oleh makan, aktivitas, suhu di sekitar, dan ovulasi pada wanita.

Suhu :
normal              : 36,5° -37,2° C
subfebris          : 35° -36,5°  C
febris                 : 37° - 38° C
hiperpireksia   : lebih dari 41° C untuk waktu yang cukup lama
hipotermia       : kurang dari 35° C

Penyebab demam (febris atau subfebris) 90% adalah infeksi. penyebab non-infeksi antara lain penyakit hodgkin, tirotoksikosis, neoplasma ganas, komosio atau kontusio serebri, perdarahan otak dehidrasi, efek obat-obatan seperti extratum belladonae, adrenalin dan lain-lain, juga tindakan seperti kateterisasi dan transfusi darah. Suhu tubuh yang dicatat beberapa kali dalam satu periode waktu (harian atau mingguan) dapat dibuat grafik atau kurva 


Kurva suhu harian (24 jam)
Pasien yang febris dapat memperlihatkan :
  • Febris kontinu yaitu febris terus menerus tanpa mencapai suhu normal dengan fluktuasi kurang dari 1° C. contohnya seperti demam tifoid stadium permulaan, pneumonia lobaris, TBC miliaris dan sebagainya.
  • Febris remitten yaitu febris terus menerus tanpa pernah mencapai suhu normal dengan fluktuasi lebih dari 1° C. contohnya seperti sepsis, demam tifoid stadium lanjut
  • Febris intermitten yaitu febris dengan fluktuasi suhu yang besar sehingga kadang-kadang mencapai suhu normal, contohnya kolesistitis

Kurva suhu mingguan
Demam yang terjadi beberapa hari dan disusul periode tidak demam selama beberapa hari kemudian kembali demam untuk beberapa hari disebut demam undulan atau relapsing fever atau febris rekuren. contohnya penyakit hodgkin (demamnya disebut demam pel ebstein), demam berdarah dengue, kurva demamnya berbentuk seperti pelana (saddle back), malaria ( jika demam setiap hari disebut demam quotidian, jika selang sehari disebut demam tertian, jika selang dua hari disebut demam quartana ).

Demam hectic
adalah demam yang tidak teratur, setiap hari disertai dengan menggigi dan berkeringat misalnya pada penyakit TBC.

Residif
adalah kenaikan suhu kembali setelah suhu menjadi normal untuk beberapa saat

Rekrudesensi
adalah naiknya suhu kembali setelah beberapa saat agak menurun tetapi belum sampai normal.
Penurunan suhu yang sifatnya lambat atau perlahan-lahan (dalam 2-3 hari) disebut penurunan suhu secara lisis.
penurunan suhu yang sifatnya cepat (kurang dari 36 jam) disebut penurunan suhu secara krisis.


II. DENYUT NADI

Yang dicatat sebagai salah satu tanda vital adalah denyut nadi radialis. diperiksa dengan 3 jari dan dicatat :
a. Frekuensi denyut per menit
b. Volume denyut
c. Irama denyut
d. Sifat atau jenis gelombang denyut
e. Tekanan dan sifat fisik nadi radialis
f. Equalitas (equality)







a. Frekuensi denyut per menit

Normal 60-100 kali per menit dalam keadaan istirahat, pada anak-anak 80-120 per menit. bila lebih dari 100 kali er menit disebut pulsus frekuens (takikardia), bila kurang dari 60 kali per menit disebut pulsus rarus (bradikardia).

Penyebab takikardia
  • Fisiologik :
    • aktivitas fisik
    • emosi
    • makan
    • menarik napas (terutama pada anak-anak atau dewasa muda)
    • pengaruh obat (kafein, adrenalin, efedrin, atropin, dan lain-lain)  
  • Patologik
    • penyakit yang disertai demam
    • penyakit jantung kecuali blokade jantung
    • hipertiroidisme
    • anemia berat
    • beri-beri
    • syok atau renjatan
    • peningkatan tekanan intrakranial             
Pada setiap setiap kenaikan suhu sebesar 1° C biasanya disertai dengan kenaikan frekuensi denyut antara 8-10 kali per menit, kecuali pada demam tifoid, meningitis, bruselosis, pneumonia karena virus, keadaan ini disebut bradikardia relatif.
pada demam rematik atau poliarteritis, frekuensi denyut bertambah dengan mencolok walaupun kenaikan suhu hanya sedikit, hal ini disebabkan takikardia relatif.

Takikardia paroksismal adalah takikardia yang hilang timbul secara mendadak dapat dalam beberapa menit atau jam atau hari atau minggu, dapat terjadi pada hipertiroidisme, miokarditis, oklusi arteri koronaria.

Penyebab bradikardia :
  • Fisiologik
    • Tidur
    • atlit yang terlatih
    • efek obat misalnya digitalis, penyekat beta, dll
  • Patologik
    • hipotiroidisme 
    • blokade jantung
    • sindrome adam stokes, frekuensi denyut amat rendah ( <40 kali per menit) disertai penurunan kesadaran dan kejang-kejang epileptiform.
Pulsus defisit ialah frekuensi denyut nadi yang kurang bila dibandingkan dengan frekuensi denyut jantung yang diperiksa di dada dengan stetoskop, misalnya pada fibrilasi atrium.


b. Volume denyut

     Volume denyut adalah besarnya denyut yang diraba oleh pemeriksa, bisa sedang (normal), besar atau kecil. volume denyut tergantung pada tekanan nadi yaitu selisih tekanan darah sistolik dengan tekanan darah diastolik.

Pulsus magnus yaitu volume denyut besar (tekanan nadi tinggi), terdapat pada :
  • AI (insufisiensi katup aorta)
  • hipertensi sistolik
Pulsus parvus  adalah volume denyut kecil (tekanan nadi rendah) terdapat pada:
  • AS (stenosis katup aorta)
  • MS (stenosis katup mitral)
  • syok
Pulsus alternans yaitu volume denyut berselang seling besar kecil besar kecil dan seterusnya, misalnya pada dekompensasi kordis kiri.

Pada keadaan normal, volume denyut akan mengecil bila pasien melakukan inspirasi dalam. jika volume mengecil pada inspirasi biasa, disebut pulsus paradoksus, seperti pada efusi perikardial, perikarditis konstriktiva atau obstruksi laring.


c. Irama denyut

Normalnya irama denyut adalah teratur (reguler).

Sinus aritmia adalah frekuensi denyut bertamah cepat pada inspirasi dan kembali normal bersama ekspirasi. keadaan ini normal pada anak-ana atau dewasa muda.

Ekstrasistol yaitu ada dnyut kecil yang disertai jedah di antara beberapa denyut norma. terjadi karena adanya kontraksi prematur jantung.

Pulsus bigeminus yaitu denyut datang dua kali berturut-turut diikuti jedah, kemudian datang lagi 2 kali dan seterusnya, misalnya pada blokade AV 3:2, juga pada intoksikasi digitalis.

Pulsus irregularis perpetuus (iregular absolute) yaitu irama interval maupun volume sama sekali tidak teratur, terdapat pada fibrilasi atrium.


d.  Sifat atau jenis gelombang denyut

  • Normal
  • Pulsus celer(collapsing pulse atau corrigan's pulse ataw water hammer pulse), terdapat pada aorta insufisiensi, hipertiroidisme
  • Pulsus tardus, terdapat pada stenosis aorta
  • Pulsus diskrotik, terdapat pada demam tifoid
  • Pulsus anerotik,terdapat pada stenosis aorta
  • Pulsus bisferien, terdapat pada aorta stenosis, arterosklerosis

e. Tekanan nadi dan sifat fisik nadi radialis

    Bagian proksimal nadi radialis pasien ditekan hingga denyutnya distal tak teraba. makin besar tekanan yang harus dilakukan, berarti makin tinggi tekanan nadi radialis. pulsus durus yaitu tekanan nadi radialis tinggi, misalnya pada hipertensi. pulsus mollis yaitu tekanan nadi radialis rendah, misalnya pada hipotensi. nadi yang mengalami sklerosis akan teraba seperti kawat, keras serta berkelok-kelok.

f. Ekualitas

    adalah kesamaan denyut nadi radialis kiri dan kanan (diperiksa bersamaan). normalnya harus sama, baik frekuensi mapun volumenya. pada aneurisma, koarktasio atau ada tumor yang menekan aorta asenden maka nadi radialis kanan volumenya lebih kecil dibanding yang kiri serta frekuensinya lebih lambat.

     Pada aneurisma, koarktasio atau ada tumor yang menekan aorta desenden maka nadi radialis kiri volumenya kecil dibanding yang kanan serta frekuensinya lebih lambat.
                       
III. TEKANAN DARAH

Lebih dulu ukurlah dengan metode palpasi lalu ukur dengan metode auskultasi agar diketahui tekanan sistolik dan tekanan diastoliknya. hal ini untuk mencegah kesalahan pengukuran tekanan sistolik dengan metode auskultasi, karena kemungkinan adanya silent (auscultatory) gap. maka dengan mengkonfirmasi menggunakan metode palpasi, pengukuran sistolik dengan metode auskultasi akan lebih dapat dipercaya.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu aktivitas fisik, emosi, makan, obat-obatan dan posisi saat diukur. semua faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada saat pengukuran dilakukan harus dihilangkan atau diperhitungkan.

Tekanan diastolik cenderung lebih tinggi bila pengukuran dilakukan dengan posisi duduk atau tegak bila dibandingkan pengukuran dengan posisi berbaring. tekanan darah lengan kanan pada umunya sedikit lebih tinggi dibanding dengan lengan kiri.

Selain diukur pada lengan  (A. brachialis) juga kadang-kadang dapat diukur pada paha (A. femoralis) yang normalnya 20-30 mmHg lebih tinggi. pada aorta insufisiensi tekanan darah arteri femoralis jauh lebih tinggi lagi selisihnya dengan tekanan pada A.brachialis misalnya dapat sampai lebih dari 50 mmHg. hal ini disebut sebagai tanda dari Hill pada Aorya insufisiensi. bila tekanan darah lengan lebih tinggi dari tekanan darah paha, kemungkinan terdapat koarktasio aorta.

Secara faali tekanan darah dipengaruhi oleh :
  1. Cardiac output atau curah jantung (yang antara lain tergantung pada kekuatan kontraksi ventrikel kiri)
  2. Keadaan pembuluh darah tepi (elastisitas dan sebagainya)
  3. Darah (volume dan  viskositas)
Tekanan darah yang diukur pagi-pagi pada saat bangun setelah tidur cukup pada malamnya, disebut tekanan darah basal (lebih rendah 15-25 mmHg daripada siang hari).

Kriteria Tekanan Darah (JNC VII)
Kriteria
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastolik
Normal
     <120
          <80
Prehipertensi
     120-139
          80-89
Hpertensi derajat I      
     140-159
          90-99
Hipertensi Derajat II
     ≥160
          ≥100

Tekanan sistolik pada bayi baru ahir 60-90 mmHg dan diastolik 20-60 mmHg. setiap tahun pertambahan usia, naik 23 mmHg. Anak-anak akan sama tekanan darahnya dengan orang dewasa sekitar masa pubertas. sementara orang gemuk tekanan darahnya cenderung lebih tinggi.



Penyebab hipertensi
  1. Primer (esensial), penyebabnya tidak diketahui, namun kemungkinan karena faktor keturunan (genetik)
  2. Hipertensi sekunder, menyertai
    • Penyakit ginjal : glomerulnefritis, stenosis A. renalis
    • Penyakit endokrin : hipertiroidisme, cushng sindrom, faekromositoma
    • Lain-lain : tekanan intrakranial menngkat, toksemia gravidarum, gout, polisitemia, dll
Penyebab hipotensi
  • Curah jantung (cardiac output) turun, tedapat pada :
    • Infark miokard
    • Efusi perikardial
    • Syok (disertai dengan frekuensi nadi cepat dan volume nadi kecil-nadi filiformis)
  • Penyakit endokrin
    • Penyakit addison
    • hipotiroidisme
  • Pada penyakit kronik lainnya
Hipotensi ortostatik atau postural adalah hipotensi yang timbul pada saat posisi berdiri (tegak), tetapi tensi normal kembali bila pasien berbaring. terjadi misalnya pada pengguna obat anthipertensi.

Tekanan nadi adalah tekanan sistolik dan tekanan diastolik. nrmalnya 30-60 mmHg.

Tekanan nadi naik (lebih dar 60 mmHg pada :

    • Hipertensi sistolik
    • Arterosklerosis
    • AI
    • PDA
    • Beri-beri, hipertiroidisme, anemia berat

Tekanan nadi turun (kurang dar 3 mmHg) pada :

    • Syok
    • AS
    • Efusi perikardial
    • Hipertensi diastolik
    • Bayi dan anak kecil


IV. PERNAPASAN


Periksa dengan teliti frekuensi, irama, jenis dan kelainan pada waktu bernapas.

  • Frekuensi napas dipengaruhi aktivitas fisik, emosi, usia, obat-obatan
  • Normal pada pria yaitu 14-18 kali per menit
  • Pada wanita yaitu 16-20 kali per menit
  • Pada bayi yaitu 30-50 kali per menit
  • Bila lebih dari 20 kali per menit disebut takipnea, misalnya pada dekompensasio kordis.
  • Bila kurang dari 14 kali per menit disebut bradipnea, misalnya pada overdosis morfin
  • Irama pernapasan normal teratur (reguler). amplitudo  dan interval inspirasi dan ekspirasi selalu sama.
Pernapasan Biot adalah pernapasan dengan irama tidak teratur sama sekali, mialnya pada kerusakan otak.

Pernapasan Cheyne Stokes adalah amplitudo pernapasan mulai dari kecil makin lama makin besar sampai mencapai yang tertinggi, kemudian makin mengecil lagi hingga apnea (tidak bernapas) beberapa saat lalu mulai bernapas lagi dengan amplitudo yang kecil makin lama makin besar dan kembali lagi seperti sebelumnya dan seterusnya. contohnya pada dekompensasio cordis kiri, tekanan intrakranial yang meningkat, keracunan opium atau barbiturat dan uremia.

Pernapasan Kussmaul adalah pernapasan yang cepat dan dalam (takipnea disertai hiperpnea), misalnya pada asidosis, diabetes melitus tidak terkontrol, gagal ginjal dan lain-
lain.





Dyspnoe on effort adalah dispnea yang timbul setelah atau pada waktu melakukan aktivitas, misalnya pada dekompensasio kordis kiri. 

Ortopnea adalah dispnea yang timbul bila dalam posis berbaring, misalnya pada dekompensasio kordia kiri.

Hiperpnea adalah pernapasan yang dalam.

Apnea adalah keadaan tidak bernapas.

Stridor adalah inspirasi atau ekspirasi yang disertai bunyi seperti ngorok, biasanya karena ada obstruksi pada saluran napas
Stridor inspiratorik disebabkan obstruksi di saluran napas bagian atas sedangkan stridor ekspiratorik disebabkan karena adanya obstruksi di saluran napas bagian bawah.

Wheezing (mengi) napas (ekspirasi) yang disertai bunyi seperti siulan, contohnya pad asma bronkiale.

Jenis pernapasan pria adalah abdomino-torakal yaitu lebih menonjol gerak dinding perutnya dibanding gerak dada, sedangkan jenis pernapasan pada wanita adalah torako-abdominal yaitu lebih menonjol gerak dadanya dibanding gerakan perut.

Bila pada pria jenis pernapasannya adalah torako-abdominal kemungkinan pria tersebut menderita paralisis diafragma atau peritonitis. sedangkan apabila wanita bernapas dengan jenis abdomino-torakal kemungkinan disebabkan karena adanya kelainan dalam rongga toraks atau dindingnya.

Seseorang yang tampak dari sikap posisinya seperti kekurangan udara yang diinspirasi atau terlalu sedikit yang diekspirasi hingga tampak merasa sesak waktu bernapas, disebut dalam keadaan dyspnea. kadang-kadang disertai dengan gerak cuping hidung atau tampak disertai dengan sianosis, misalnya pada dekompensasi kordis kiri (asma kardiale), asma bronkiale.



V. BERAT BADAN

Pengukuran berat dan tinggi badan adalah untuk :
  • Menentukan status gizi
  • Menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
  • Memantau perkembangan penyakit
Pasien yang dirawat di rumah sakit ditimbang berat badannya setiap pagi setelah bangun tidur setelah buang air kecil dan buang air besar.

Pada penderita edema atau asites, berat cairan harus diperhitungkan.

Berat badan normal : tinggi badan (dalam cm-100kg)
Berat badan ideal : berat badan normal-10%
Overweight adalah berat badan melebihi berat badan normal
Obesitas adalah berat badan melebihi 15% dari berat badan normal

Penyebab pertambahan berat badan:
  • Fisiologik :
         - Terlalu banyak makan
         - Kehamilan dan lain-lain
  • Patologik :
         - Sindrom cushing
         - Miksedema
         - Adanya neoplasama yang besar
         - Ada edema atau ascites

Penyebab penurunan berat badan :
  • Fisiologik :
         - Kurang makan
  • Patologik :
         - Penyakit kronik
         - Keganasan
         - Diabetes melitus
         - Penyakit pada saluran pencernaan
         - Dehidrasi dan lain-lain

Pada keganasan terjadi kehilangan berat badan yang berlangsung sangat cepat. bila pertambahan berat badan berlangsung sangat cepat kemungkinan terjadi edema atau ascites, sedangkan kehilangan berat badan tanpa sebab yang jelas terjadi pada penyakit AIDS.

VI. TINGGI BADAN

Tinggi badan dipengaruhi oleh hiperaktivitas lobus anterior hipofise. gigantisme timbul bila hiperaktivitas terjadi sebelum masa pubertas, bila terjadi setelah pubertas akan menyebabkan akromegali.
Bila bayi dalam kandungan kekurangan iodium setelah lahir akan menjadi kretin (cebol). tinggi badan tergantunf dari genetik, gizi dan aktivitas sewaktu kanak-kanak atau remaja dan kesehatannya. penyakit jantung kongenital akan menyebabkan gangguan pertumbuhan badan.

Pengukuran berdasarkan indeks masa tubuh atau body masss index (IMT/BMI) yaitu BB (Kg2) / TB2 (m2)
      
BMI
BERAT BADAN
<18,5
Kurang
18,5-22.9
Normal
23-24.9
Berlebih
25-29.9
  Obesitas I
>30 
   Obesitas II


VII. KEADAAN UMUM

1. Kesan sakit
    
    Apakah pasien tampak sakit ringan, sedang atau berat. tampak sakit berat misalnya pada :
  • Demam tifoid dengan komplikasi
  • Dekompensasio kordis kiri berat
  • Status asmatikus
  • Demam berdarah dengan syok
2. Status gizi
     
Ditetapkan berdasarkan rasio tinggi dan berat badan, rambut, lemak subkutan, penonjolan tulang-tulang, kulit dan ekspresi wajah. pasien kurang gizi rambutnya rontok atau jarang, kering dan berubah warna, mata cekung, ekspresi kosong, pucat, kulit kering dan kasar, lemak subkutan tidak ada, tulang-tulang tampak menonjol. pada orang obesitas perutnya tampak seperti apron (celemek).

Gizi yang tampak amat buruk misalnya terdapat pada penyakit keganasan, defisiensi protein-kalori, penyakit AIDS dan stadium terminal dari penyakit kronik.

Pada sindroma cushing, tubuh gemuk dengan distribusi lemak sentripetal, wajah bulat seperti bulan purnama (moon face) dan memiliki pundak yang bull shape atau buffalo hump.

3. Tingkat kesadaran
  • Compos mentis : kesadaran baik, pasien sadar sepenuhnya. orientasi terhadap waktu, ruang atau tempat, orang serta situasi baik.
  • Somnolen : penurunan kesadaran ringan, seperti orang mengantuk namun mudah dibangunkan atau disadarkan kembali. misalnya pada  penderita anemia, penyakit addison, hipotiroidisme.
  • Sopor : penurunan kesadaran lebih rendah dari somnolen, hingga pasien tampak seperti sedang tidur lelap tetapi masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang lebih kuat.
  • Soporokoma atau koma ringan : tingkat kesadaran lebih rendah dari sopor, pasien tidak dapat dibangunkan walaupun dengan rangsangan yang kuat tetapi masih ada refleks-refleks yang dapat dibangkitkan dan masih bereaksi terhadap rangsang nyeri.
  • Koma (berat atau dalam) : tingkat kesadaran terendah, tapi masih bernapas dan jantung masih berdenyut. tidak ada atau tidak ada refleks yang dapat dibangkitkan lagi.
  • Delirium : penurunan kesadaran yang sifatnya akut (mendadak), disertai dengan kegelisahan dan gangguan koordinasi gerak motorik, halusinasi dan delusi. misalnya pada demam tifoid, keracunan alkohol dll, histeria.
  • Apatis : tidak memperhatikan keadaan dan orang di sekelilingnya.
Penyebab penurunan kesadaran :
  • Penyakit atau kelainan pada rongga tengkorak
  • Diabetes melitus berat atau tidak terkontrol (hiperglikemia)
  • Gagal ginjal (uremia)
  • Gagal hati (koma hepatik)
  • Keracunan
  • Syok, dll

4. Warna kulit
  • Pucat, misalnya pada anemia, kurang gizi, dan penderita penyakit kronis
  • Ikterik (jaundice), misalnya pada penderita radang hati (hepatitis), obstruksi saluran empedu atau pada anemia hemolitik, pada radang hati, kulit, mukosa serta sklera kekuning-kuningan seperti emas atau orange (orange yellow). kadar bilirubin I dan II meningkat sampai totalnya melebihi 2 mg%. pada obstruksi saluran empedu (ekstra maupun intra hepatik), warna kulit, mukosa kuning kehijauan (green yellow), karena kadar bilirubin II meningkat dalam darah. pada anemia hemolitik warna kulit kuning muda seperti buah pinang, karena kadar bilirubin I meningkat.
          Ikterus harus dibedakan dari karotenemia, yaitu pada anak-anak yang terlalu banyak 
          makan wortel, warna kuningnya mendekati orange, terutama di telapak tangannya 
          tetapi di skleranya tidak kuning.
  • Sianosis sentral adalah warna kebiru-biruan pada kulit terutama di sekitar mulut, bibir, kuku atau ujung jari tangan dan kaki, mukosa mulut serta lidah. disebabkan karena oksigenasi di paru-paru tidak baik seperti misalnya pada penyakit paru atau saluran pernapasan, penyakit jantung (dekompensasio kordis), polisitemia vera, methemoglobinemia, sulfohemoglobinemia, keracunan CO atau CN.
  • Sianosis perifer adalah warna kebiruan pada kulit di tempat-tempat tertentu tetapi tidak pada mukosa mulut dan lidah. penyebabnya adalah deoksigenasi (pengambilan o2 dari darah oleh jaringan) yang berlebihan, misalnya pada vasokonstriksi pembuluh darah, adanya obstruksi pada pembuluh darah. 
      Sianosis yang terjadi karena vasokonstriksi pembuluh darah akibat hawa dingin      disebut akrosianosis. sianosis akan terlihat apabila kadar Hb-reduksi (HbCO) meningkat  dalam darah sampai melebihi 5 gr%. karena itu pada anemia berat, dimana kadar Hb    kurang dair 5 gr%, sianosis tidak akan terlihat.

5. Habitus atau postur tubuh

    Menurut Kretschmer, habitus terdiri atas :
  • Astenikus (ektomorf) adalah bentuk tubuh yang panjang-panjang, kurus, toraks sempit dan gepeng, skapula kelihatan menonjol, otot kelihatan kecil, biasanya berwatak pesimis, sering termenung, mudah tersinggung, senang mengasingkan diri. mempunyai kecenderungan untuk mengidap penyakit ulkus peptikum, tirotoksikosis, kolitis ulserosa, tbc, skizofrenia
  • Atletikus (mesomorf) adalah bentuk tubuh yang seimbang seperti atlit, tegap, otot-otot berkembang baik. biasanya bersifat tenang tidak terlalu ramah, cenderung menderita hipertensi.
  • Piknikus (endomorf) adalah bentuk tubuh pendek, gemuk, bulat, perut besar. umumnya bersifat ramah, mudah bergaul, senang tertawa. cenderung menderita DM, batu empedu, aterosklerosis, psikosis manik depresif.
         

6. Usia pasien

    Usia pasien diperkirakan oleh pemeriksa. bila tampak lebih tua dari usia sebenarnya kemungkinan disebabkan karena penyakit kronik, progeria atau alzheimer.
       Bila tampak lebih muda dari usia sebenarnya, mungkin skizofenia hebefrenik atau pada orang-orang yang kesehatan fisik atau mentalnya sangat baik, mempunyai sifat periang dan optimis.

7. Cara berjalan (gait)
     
Pada penderita hemiplegia, pasien berjalan dengan menyeret tungkainya yang lumpuh hingga terayun seolah membuat gerakan melengkung membentuk setengah lingkaran, disebut dengan circumdiction gait.

Pada penderita tabes dorsalis, pasien melangkah lebar-lebar dan mengangkat tungkainya tinggi-tinggi kemudian dijatuhkan keras-keras pada seluruh telapak kakinya seperti alu, cara jalan seperti ini disebut flail like gait atau seperti stempel karena itu disebut juga sebagai stamping.

Pada penderita parkinson, gaya berjalan membungkuk, lengan aduksi dan fleksi pada sendi siku dan lutut, langkah kecil-kecil diseret, lambat dan kaku, bila sedang berjalan sulit menghentikan langkahnya, disebut parkinsonian gait atau propulsive gait atau festinating gait.



      
Pada penderita lesi upper motor neuron kedua tungkai kaku (spastik) sehingga pasien seperti orang yang baru belajar berjalan, disebut spastic gait. bila terjadi paraplegia dengan kekakuan otot-otot adduktor kedua paha, pasien berjalan seperti menggunting, disebut scissors gait.
      
Pasien yang menderita penyakit pada serebelum atau gangguan sistem keseimbangan berjalan seperti orang mabuk disebut ataxic gait.
       
Pada penderita neuritis perifer terjadi foot drop, pasien waktu melangkah mengangkat tungkainya tinggi-tinggi hingga hari-jari kakinya tidak lagi menyentuh tanah lalu waktu diturunkan, yang menyentuh tanah lebih dahulu adalah jari-jarinya, disebut steppage gait.

Pada penderita congenital dislocation of the hip, berjalan bergoyang seperti bebek, disebut waddling gait.
         
Pada penderita miastenia gravis, setelah beristirahat pasien dapat berjalan biasa, tetapi lama kelamaan makin lemah sehingga menjadi sulit berjalan hingga seolah diseret seperti pada penderita elefantiasis, disebut laboured gait.
       
Pada penderita histeria cara berjalan sangat aneh (bizarre) dan tidak konstant, tetapi bila berbaring pasien dapat mengontrol tungkainya dengan baik, disebut astasia-abasia.
       
Pada wanita yang sedang hamil tua atau pada penderita ascites atau tumor abdomen yang besar, cara berjalannya khas karena adanya beban pada bagian depan perutnya.
      
Pada penderita abses hepar, berjalan perlahan sambil membungkuk dan memegangi bagian perut sebelah kanan atasnya. penderita apendisitis akut memperlihatkan cara berjalan yang takut-takut, karena setiap gerakan dapat menimbulkan rasa nyeri hebat pada perut bagian kanan bawahnya. pasien yang menderita cacat, luka dan sebagainya juga memperlihatkan cara jalan yang tidak wajar.

8. Cara berbaring atau duduk
  • Cara berbaring aktif, terdapat pada orang sehat atau sakit ringan. pasien dapat sekehendaknya memilih posis yang diinginkannya.
  • Cara berbaring pasif, terdapat pada orang lumpuh, pasien tidak dapat dengan kemauannya sendiri memilih posisi berbaring
  • Cara berbaring terpaksa, pasien terpaksa memilih posisi tertentu karena untuk mengurangi rasa sakit bila dengan posisi lain
    • Pada pneumonia satu sisi, pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit
    • Pada perikarditis, bila berbaring, pasien lebih senang pada sisi kanan, bila duduk posisi pasien melengkung ke depan (emprostotonus)
    • Pada asma bronkiale atau kardiale pasien selalu lebih suka pada posisi duduk atau setengah duduk
    • Pada apendisitis akut atau perinefritis pasien berbaring dengan fleksi pada sendi paha
    • Pada tetanus pasien berbaring lurus, kaku (ortotonus), pada pleuritis dapat melengkung ke arah sisi yang sakit (pleurototonus)
    • Pada penderita pankreatitis, pasien duduk sambil memeluk lututnya

9. Cara berbicara dan suara
  • Wanita yang bersuara seperti pria mungkin menderita hirsutisme
  • Suara pria yang seperti wanita terdapat pada ginekomastia
  • Orang dewasa bersuara seperti kanak-kanak terdapat pada orang tua yang dikebiri (eunuch) atau pada kelainan hormonal
  • Suara serak bisa terjadi karena gangguan pita suara atau kelainan pada laring
  • Suara sengau pada penderita pilek atau pada kelumpuhan palatum mole atau pada palatum durum terbelah (palatoschizis)
  • Penyakit pada lidah atau rongga mulut juga dapat menyebabkan cara berbicara terganggu
  • Disartria tidak mampu mengucapkan kata L dan R, dengan tepat dan lancar, misalnya pada gangguan serebelum
  • Disfasia atau afasia ialah ketidakmampuan mengekspresikan isi pikirannya ke dalam kata-kata, misalnya pada penderita kerusakan otak
  • Isi pembicaraan yang melompat-lompat dari satu topik ke topik lainnya dengan cepat. atau bila hanya mengeluarkan kata-kata yang saling tidak ada kaitanyya satu dengan yang lain (word salad), terdapat pada penderita skizofrenia
  • Cara pasien berbicara akan menunjukkan tingkat pendidikannya, latar belakang keluarga, lingkungan dan budaya darimana dia berasal.

10. Ada atau tidaknya
  • Dyspnea, pasien sadar, tampak kekurangan oksigen, ia seakan berusaha keras menghirup udara lebih banyak dengan bernapas lebih cepat dan lebih dalam, cuping hidung ikut bergerak, mungkin tampak retraksi sela-sela iga, supra dan infrasternal saat bernapas. dyspnea berat biasanya disertai dengan sianosis. penyebab dyspnea adalah obstruksi saluran napas. obstruksi saluran napas atas (hidung atau trakea) akan menyebabkan inspirasi memanjang dan menyebabkan timbulnya stridor (bunyi seperti ngorok) inspiratorik. obstruksi saluran napas bagian bawah (bronkus-paru) akan menyebabkan kesulitan mengeluarkan udara ekspirasi, disebut dyspnea ekspiratorik dengan stridor ekspiratorik yang bila bunyinya terdengar seperti siulan disebut wheezing atau mengi, misalnya pada asma bronkiale. pada dekompensasio kordis kiri, terdapat dyspnea dengan amplitudo napas yang dangkal dan frekuensi nya cepat, dan juga ortopnea. penyebab lain misalnya paralisis diafragma, alkalosis atau asidosis, keracunan CO, CN dan lain-lain, juga terjadi pada anemia berat dan uremia.
  • Edema, adalah pembengkakan karena terkumpulnya cairan berlebihan pada sela atau rongga jaringan interstisial, yang dapat disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas dinding kapiler karena peradangan, meningkatnya tekanan hidrostatik intrakapiler akibat terjadi bendungan atau sebagai akibat dari menurunnya tekanan osmotik koloid intrakapiler yang terutama disebabkan oleh menurunnya kadar albumin dalam darah.
          Edema ada 2 jenis yaitu :
    • Edema setempat, terdapat pada :
      • Radang
      • Pada paru karena terjadinya bendungan akibat dekompensasi kordia kiri
    • Edema sistemik, terdapat pada :
      • Bendungan akibat dekompensasi kordis kanan
      • Edema karena hipoalbuminemia pada sindrom nefrotik
      • Hipoproteinemia pada defisiensi protein
      • Sintesa protein yang menurun pada sirosis hati 
                  
     
     Edema karena sebab-sebab di atas bersifat pitting.

      Pada edema yang disebabkan oleh obstruksi saluran limfe seperti pada penyakit elefantiasis atau edema yang terdapat pada penyakit miksedema, bersifat non pitting, (tidak meninggalkan cekungan bila ditekan selama 10-15 detik di atas tulang).








  • Dehidrasi, kulit kering, keriput, elastisitasnya (turgornya) buruk yang disebabkan oleh kekurangan atau kehilangan banyak cairan misalnya pada diare hebat seperti pada kolera. pada dehidrasi yang amat berat akan tampak wajah pasien yang khas yaitu mata cekung, pandangan kosong, tulang pipih menonjol, hidung lancip, bibir, mukosa mulut serta lidah kering, keriput, pucat, dan agak sianosis disebut facies hippocrates.
                                      



  • Kejang, adalah kontraksi sebuah otot atau sekelompok otot secara involunter, hebat serta mendadak, dapat bersifat tonik (terus menerus tanpa fase relaksasi) atau klonik (kontraksi relaksasi cepat bergantian), disebut juga epileptiform, karena seperti pada serangan epilepsi.
    • Kejang tonik misalnya terdapat pada tetanus, tetani, kelelahan otot atau keracunan striknin kesadaran pasien biasanya tidak terganggu. pada tetani, lengan dan tangan pasien dapat menunjukkan posisi tangan seorang obstetrikus (obstetrical hand) yang hendak mengeluarkan plasenta dari seorang wanita yang melahirkan.
    • Kejang klonik misalnya terdapat pada kelainan sereberal (akibat radang, tumor, keracunan dan lain-lain), yang biasanya disertai dengan penurunan kesadaran
  • Chorea, gerakan involunter seperti orang yang menari, misalnya terdapat pada penderita demam reumatik
  • Atetosis, gerakan involunter lebih kasar dari chorea, kelainan terjadi pada ganglia basal otak
  • Tremor, gemetaaran, misalnya pada orang tua atau pada penderita hipertiroidisme atau pada penyakit parkinson. gemetar juga mungkin disebabkan karena pasien merasa kedinginan hebat (menggigil).

11. Sikap dan watak penderita
  • Kooperatif, yaitu pasien dengan sukarela mau bekerja sama dengan dokter dan mengikuti petunjuk atau menjawab pertanyaanya
  • Non kooperatif, yaitu bersikap sebaliknya dari kooperatif
  • Negativisme, yaitu sengaja melakukan yang sebaliknya dari perintah dokter
  • Pasif, yaitu pasrah tanpa inisiatif, menurut saja apa yang diperintahkan
  • Apatis, yaitu tidak peduli keadaan di sekelilingnya maupun yang terjadi atas dirinya
  • Curiga, yaitu tidak percaya pada dokter ataupun yang dilakukan oleh dokter
  • Waspada (alert) yaitu seolah-olah selalu ada bahaya yang mengancamnya
  • Hiperaktif yaitu tampak gelisah, selalu bergerak, tidak dapat tenang
  • Dari wajah terutama dari sinar mata dan gerak bibir pasien, dokter dapat pula menarik kesan tentang pasien apakah optimis, depresif, sinis, pesimis, khawatir, tidak memiliki kepercayaan diri, tidak jujur dan sebagainya. dokter juga harus dapat membaca bahasa tubuh pasien.

12. Penampilan

      Bagaimana cara pasien berpakaian, memilih kombinasi warna, kerapihan, aksesori yang dipakai dan sebagainya. ini dapat mencerminkan latar belakang sosio ekonomi, tingkat pendidikan dan lingkungan darimana pasien berasal.

    Pasien yang menderita sakit berat biasanya tidak lagi memperhatikan dengan benar penampilannya sewaktu datang ke dokter.

13. Lain-lain
       Perhatikan pula adanya cacat tubuh atau hal-hal lain yang luar biasa pada pasien. pikirkan pengaruhnya terhadap penyakit yang diderita sekarang.


        
         
Daftar Pustaka :
  1. Natadidjaja H. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Penyakit Dalam. Binarupa Aksara; Jakarta: 2012. hal 30-66

       
           
<script data-ad-client="ca-pub-4349323843016387" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>