Pemeriksaan toraks dilakukan secara berurutan dengan cara Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi.
Untuk mempermudah melokalisasi kelainan, pada dinding toraks ditetapkan garis-garis (linea) imajiner sebagai berikut :
Garis vertikal
DINDING THORAKS DAN MAMMAE
Untuk mempermudah melokalisasi kelainan, pada dinding toraks ditetapkan garis-garis (linea) imajiner sebagai berikut :
Garis vertikal
- Di depan (ventral)
- Garis midsternalis
- Garis sternalis kanan dan garis sternalis kiri
- Garis-garis midklavikularis kanan dan garis midklavikularis kiri
- Garis parasternalis kanan dan garis parasternalis kiri
- Di sisi lateral
- Garis aksilaris anterior
- Garis mid aksilaris
- Garis aksilaris posterior
- Di belakang (dorsal)
- Garis midspinalis
- Garis skapularis kanan dan garis skapularis kiri
- Garis midskapularis kanan dan garis midskapularis kiri
Garis horizontal
Di depan dan di sisi adalah iga-iga atau sela-sela iga.
di belakang adalah garis horizontal setinggi vertebra torakalis.
Dinding toraks dibagi dalam beberapa regio sebagai berikut :
- Regio suprasternalis yaitu daerah di atas manubrium sterni
- Regio sternalis superior yaitu daerah tulang dada, dari perlekatan iga III ke atas
- Regio sternalis inferior yaitu daerah tulang dada, dari perlekatan iga III ke bawah
- Regio supraklavikularis yaitu daerah di atas klavikula
- Regio klavikularis yaitu daerah tepat pada tulang klavikula
- Regio infraklavikularis yaitu daerah di bawah klavikula hingga ke perlekatan iga III
- Regio mamilaris yaitu daerah antara iga III dan iga IV
- Regio inframamilaris yaitu daerah antar iga IV hingga arcus costae
- Regio aksilaris yaitu daerah ketiak hinga iga VI
- Regio infra-aksilaris yaitu di bawah regio aksilaris
- Regio supraskapularis yaitu daerah di atas skapula
- Regio skapularis yaitu daerah tepat pada tulang skapula
- Regio infraskapularis yaitu daerah di bawah tulang skapula
- Regio interskapularis yaitu daerah antara tulang skapula dengan garis midspinalis
Angulus sternalis ludovici
- Tepat setinggi perlekatan iga II pada tulang dada
- Kira-kira setinggi bifurkasio trakea
- Kira-kira setinggi perlekatan vertebra thorakalis IV dan V di belakang
- Kira-kira setinggi batas atas atrium kiri jantung
- Kira-kira setinggi tempat pertemuan paru kanan dan kiri depan
Papila mammae pada pria dewasa terletak pada garis midklavikularis setinggi iga IV.
Hilus paru terletak kira-kira setinggi tempat perlekatan iga III pada tulang dada di depan atau setinggi perlekatan vertebra torakalis VII dan VIII di belakang.
Proyeksi paru normal pada dinding toraks
Batas antara lobus superior dan inferior paru adalah garis lengkung yang melalui vertebra torakalis VI di belakang, perpotongan garis aksilaris media dan iga V di sisi dan perlekatan iga VI dengan rawan iga di depan.
Batas antara lobus superior dengan lobus media paru kanan adalah garis yang melalui perlekatan iga IV dengan tulang dada di depan dan perpotongan garis aksilaris media dan iga V. apeks paru menonjol kira-kira 2-3 cm di atas klavikula.
Batas bawah paru kanan di depan adalah setinggi iga VI (batas paru-hepar), di sisi setinggi iga VIII pada garis aksilaris media dan di belakang setinggi vertebra thorakalis IX.
Batas bawah paru kiri di depan adlah setinggi tulang rawan iga VI, di sisi setinggi iga VII di garis aksilaris anterior (batas paru-lambung) dan di belakang setinggi vertebra torakalis X.
Proyeksi jantung normal pada dinding toraks
- Batas kanan jantung adalah garis sternalis kanan.
- Batas kiri jantung adalah titik paling kiri jantung yaitu titik yang terletak kira-kira 1-2 cm di sebelah medial dari garis midklavikularis kiri, di sela iga V kiri
- Batas atas jantung adalah garis horizontal setinggi iga III
Proyeksi hati normal pada dinding thoraks
Proyeksi puncak hati pada dinding depam toraks (meliputi bagian bawah paru) ialah pada sela iga IV. proyeksi bahian atas hati yang tidak terliputi lagi oleh paru ialah pada sela iga VI. proyeksi bagian bawah hati adalah pada arkus costa.
Proyeksi batas lambung-paru normal pada dinding thoraks
Proyeksi bagian atas lambung pada dinding depan toraks ialah garis lengkung dari rawan iga VI ke perpotongan garis aksilaris anterior dengan sela iga VIII.
INSPEKSI THORAKS
Pada Inspeksi thoraks yang diperiksa dan dilaporkan adalah :
Proyeksi batas lambung-paru normal pada dinding thoraks
Proyeksi bagian atas lambung pada dinding depan toraks ialah garis lengkung dari rawan iga VI ke perpotongan garis aksilaris anterior dengan sela iga VIII.
INSPEKSI THORAKS
Pada Inspeksi thoraks yang diperiksa dan dilaporkan adalah :
- Bentuk thoraks, tulang dada, klavikula, iga dan sela iga, skapula dan tulang belalkang
- Dinding thoraks dan mammae
- Pulsasi pada dinding thoraks
- Gerak dinding thoraks pada saat pernapasan
Bentuk toraks, tulang dada, klavikula, iga dan sela iga, skapula serta tulang belakang
Normal :
- Simetris
- Potongan melintang thoraks berbentuk elips
- Diameter anteroposterior : diameter lateral = 5 : 7S
- Sela iga tidak terlalu lebar atau sempit
- Iga-iga tidak terlalu horizontal atau terlalu vertikal
- Angulus (sudut) sub-costae >90°
Abnormal :
- Toraks emfisematikus atau "barrel chest" yaitu thoraks berbentuk seprti gentong, sela iga lebar, letak iga-iga horizontal, angulus sub kosta >90° , terdapat pada penderita emfisema
- Toraks paralitikus atau "pthisic chest" yaitu thoraks gepeng, sela iga sempit, iga vertikal, skapula menonjol ke belakang, angulus sub costae <70° , terdapat pada penderita TBC paru
- Toraks asimetris, karena depresi pada salah satu sisi, seperti pada atelektasis paru, fibrosis atau karena meonjol pada salah satu sisi, seperti pada efusi pleura atau pneumotoraks di satu sisi
- Ada bulging (voussure cardiaque), yaitu penonjolan pada daerah prekordium, karena pembesaran jantung ketika usia muda, mungkin karena penyakit jantung kongenital
- Pectum carinatum (pigeon chest atau chicken chest) tulang dada menonjol seperti dada burung, karena rakitis semasa kanak-kanak
- Pectus excavatum (funnel chest) ada cekungan ke dalam pad atulang dada bawah, misalnya pada tukang sepatu tradisional atau juga karena rakitis. kadang-kadang dapat sampai mengganggu hemodinamik peredaran darah paru atau dapat menyebabkan bising jantung pada auskultasi
- Rachitis rosary yaitu hampir semua perlekatan iga dengan rawan iganya di dada membentuk benjolan sehingga menyerupai untaian biji tasbih di daa, terdapat pada rakitis
- Scorbutic rosary yaitu hampir semua perlekatan rawan iga ke tulang dada seolah menonjol karena tulang dada mengalami depresi sehingga juga tampak seolah untaian biji tasbih pada dada pasien, terdapat pada penderita skorbut (defisiensi vitamin c)
- Harrison's sulcus yaitu cekungan pada dinding toraks di tempat melekatnya diafragma pada dinding toraks, terdapat pada rakitis atau malnutrisi
- Retraksi sela-sela iga pada waktu inspirasi, mungkin karena fibrosis paru. retraksi sela-sela iga IV ke bawah pada waktu inspirasi adalah normal
- Penggembungan sela-sela iga pada waktu ekspirasi mungkin karena adanya obstruksi dengan mekanisme pentil pada bronkus
- Tanda broadbent yaitu retraksi beberapa sela iga paling bawah sinkron dengan sistolik jantung, terdapat pada perikarditis konstrikstiva, AI, TI.
- Kifosis abnormal, jika berbentuk susut (angukar) disebut gibbus dan terdapat pada spondilitis TB.
- Jika punggung kifosis melengkung seperti busur (Arkuer), kemungkinan karena osteoprosis
- Ada skolisosis abnormal, mungkin karena kebiasaan berposisi salah sejak kecil atau karena poliomielitis, atau akibat trauma
- Ada lordosis abnormal, mungkin karena hamil tua, asites atau tumor intra abdominal
- Ada benjolan di punggung sepanjang satu atau beberapa vertebra, mungkin adalah suatu abses perinefritik atau abses spondilitis (tbc)
- Kekakuan pergerakkan tulang belakang, bisa disebabkan spondilitis atau HNP.
DINDING THORAKS DAN MAMMAE
Yang diperiksa dan dilaporkan adalah :
- Spider nevi pada sirosis hati, kehamilan
- Roseolae, pada demam tifoid, dsb
Vena kulit, dalam keadaan normal tidak melebar atau menonjol, arah aliran darah di dalamnya adalah dari umbilikus ke perifer. bila melebar (berdilatasi) dan menonjol serta berkelok-kelok terutama pada vena di bagian tengah dada, sedangkan aliran darah di semua vena tetap dari arah umbilikus ke perifer, kemungkinan disebabkan sirosis hati.
Bila vena berdilatasi terutama vena yang di sisi toraks dengan arah aliran darah di semua vena dari atas (kranial) ke bawah (kaudal), kemungkinan disebabkan obstruksi vena kava superior.
Bila vena terutama di bagian sisi berdilatasi dengan arah aliran darah di semua vena dari bawah ke atas, kemungkinan disebabkan obstruksi vena kava inferior (arah aliran darah di dalam vena diperiksa dengan cara palpasi)
Ginekomastia, dijumpai pada pria dengan sirosis hati.
Tumor mamma, pada pria lebih jarang dibanding pada wanita, waspadai suatu keganasan.
Mamma yang mengecil pada wanita, mungkin karena menderita hirsutisme. misalnya pada penderita sirosis hati, juga pada usia lanjut.
PULSASI PADA DINDING THORAKS
Iktus kordis adalah denyut (pulsasi) pada dinding dada yang disebabkan pukulan apeks jantung saat sistolik.
Iktus kordis, pada keadaan normal tampak pada sela iga V, 1-2 cm di sebelah medial garis midklavikularis kiri, diameternya kira-kira 2 cm. letaknya akan bergeser sedikit ke bawah saat inspirasi dalam. dapat pula bergeser ke kiri atau ke kanan pada waktu berbaring pada sisi kiri atau sisi kanan atau bergeser akibat adanya efusi pleura, pneumotoraks, fibrosis paru, atelektasis, tumor mediastinum atau pada skoliosis abnormal.
Pada hipertrofi ventrikel kiri, iktus kordis bergeser ke lateral, pada hipertrofi yang disertai dilatasi ventrikel kiri, iktus kordis bergeser ke lateral dan ke bawah, diameternya >2 cm, pulsasi tampak lebih jelas atau nyata.
Pada hipertrofi ventrikel kanan, iktus kordis menghilang atau tidak terlihat, tetapi tampak pulsasi yang nyata di daerah bawah tulang dada atau epigastrium yang berasal dari denyut ventrikel kanan.
Adanya pulsasi abnormal yang tampak pada epigastrium juga mungkin disebabkan oleh aneurisma aorta abdominalis atau karena adanya tumor di depan aorta abdominalis.
Adanya pulsasi abnormal di sela iga II di garis sternalis kanan dan insisura jugularis sterni, mungkin disebabkan oleh aneurisma aorta. pulsasi abnormal di sela iga III kiri dekat sternum mungkin disebabkan aneurisma atau dilatasi A. Pulmonalis.
GERAK DINDING TORAKS PADA PERNAPASAN
Bila vena berdilatasi terutama vena yang di sisi toraks dengan arah aliran darah di semua vena dari atas (kranial) ke bawah (kaudal), kemungkinan disebabkan obstruksi vena kava superior.
Bila vena terutama di bagian sisi berdilatasi dengan arah aliran darah di semua vena dari bawah ke atas, kemungkinan disebabkan obstruksi vena kava inferior (arah aliran darah di dalam vena diperiksa dengan cara palpasi)
Ginekomastia, dijumpai pada pria dengan sirosis hati.
Tumor mamma, pada pria lebih jarang dibanding pada wanita, waspadai suatu keganasan.
Mamma yang mengecil pada wanita, mungkin karena menderita hirsutisme. misalnya pada penderita sirosis hati, juga pada usia lanjut.
PULSASI PADA DINDING THORAKS
Iktus kordis adalah denyut (pulsasi) pada dinding dada yang disebabkan pukulan apeks jantung saat sistolik.
Iktus kordis, pada keadaan normal tampak pada sela iga V, 1-2 cm di sebelah medial garis midklavikularis kiri, diameternya kira-kira 2 cm. letaknya akan bergeser sedikit ke bawah saat inspirasi dalam. dapat pula bergeser ke kiri atau ke kanan pada waktu berbaring pada sisi kiri atau sisi kanan atau bergeser akibat adanya efusi pleura, pneumotoraks, fibrosis paru, atelektasis, tumor mediastinum atau pada skoliosis abnormal.
Pada hipertrofi ventrikel kiri, iktus kordis bergeser ke lateral, pada hipertrofi yang disertai dilatasi ventrikel kiri, iktus kordis bergeser ke lateral dan ke bawah, diameternya >2 cm, pulsasi tampak lebih jelas atau nyata.
Pada hipertrofi ventrikel kanan, iktus kordis menghilang atau tidak terlihat, tetapi tampak pulsasi yang nyata di daerah bawah tulang dada atau epigastrium yang berasal dari denyut ventrikel kanan.
Adanya pulsasi abnormal yang tampak pada epigastrium juga mungkin disebabkan oleh aneurisma aorta abdominalis atau karena adanya tumor di depan aorta abdominalis.
Adanya pulsasi abnormal di sela iga II di garis sternalis kanan dan insisura jugularis sterni, mungkin disebabkan oleh aneurisma aorta. pulsasi abnormal di sela iga III kiri dekat sternum mungkin disebabkan aneurisma atau dilatasi A. Pulmonalis.
GERAK DINDING TORAKS PADA PERNAPASAN
- Pada keadaan normal, simetris (amplitudo gerak napas belahan toraks kanan dan kiri sama), frekuensi 14-20 kali per menit, irama teratur, amplitudo sedang.
- Pernapasan dangkal terdapat pada emfisema, pleuritis dan efusi pleura
- Pernapasan dangkal dan cepat terdapat pada dekompenasi kordis
- Pernapasan cepat dan dalam (pernapasan kussmaul) terdapat pada asidosis
- Pernapasa Cheyne-Stokes terdapat pada dekompensasi kordis kiri, keracunan opium atau barbiturat, uremia
- Pernapasan Biot terdapat pada kerusakan otak
- Normal pada wanita pada saat bernapas, gerak toraks lebih dominan dibanding gerak dinding perut (pernapasan torakoabdominal), sedangkan pada pria gerak dinding perut lebih dominan dibanding gerak dada (pernapasan abdominotorakal)
- Pria yang bernapas torako-abdominal mungkin menderita paralisis diafragma
- Wanita yang bernapas abdomin-torakal, mungkin menderita kelainan dalam rongga dada atau dinding toraksnya
PALPASI TORAKS
Letakkan kedua telapak tangan pemeriksa pada dinding toraks pasien.
Periksa dan laporkan :
- Besarnya angulus subkosta
- Kelainan (bila ada) pada dinding toraks
- Gerak dinding toraks pada saat inspirasi dan ekspirasi
- Vocal fremitus
- Friction fremitus
- Iktus kordis dan pulsasi lain
- Thrill
1. Angulus subkosta
Dengan kedua telapak tangan pada masing-masing arkus kosta, sudut yang dibentuk oleh kedua ibu jari pemeriksa ditetapkan. normal 70-90°.
2. Kelainan (bila ada) pada dinding toraks
Tetapkan besar kelainan (ukuran, lokasi, konsistensu, permukaan, suhu, rasa nyeri pada perabaan, permukaan kulit di atas kelainan, mudah tidaknya digerakkan dari dasar dan jaringan sekitarna.
3. Gerak dinding toraks pada saat indpirasi dan ekspirasi
Tetapkan amplitudo gerak napas hemitoraks kanan dan kiri serta bandingkan. kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada tempat-tempat yang simetris.
Normal, amplitudo gerak kedua hemitoraks sama. bila tidak sama kemungkinan terdapat emfisema atau efusi pleura atau atelektasis atau fibrosis pada salah satu sisi, atau pada kedua sisi terdapat kelainan yang tidak sama luasnya atau asimetris.
4. Vocal fremitus
Pasien diminta utuk mengucapkan kata-kata apa saja, misalnya tujuh puluh tujuh berulang ulang dan getaran nya pada dinding toraks diraba oleh kedua telapak tangan dan diletakkan masing-masing pada hemitoraks secara simetris.
Normal, getaran suara pasien pada dinding toraks (vocal fremitus) akan dirasakan sama kuatnya pada tempat-tempat yang simetris.
Bila vocal fremitus melemah pada salah satu sisi, mungkin penyebabnya adalah efusi plera, emfisema, pneumotoraks atau suatu atelektasis obstruktif.
Bila vocal fremitus mengeras ada salah satu sisi atau tempat, kemungkinan karena adanya infiltrat, konsolidasi, atelektasis kompresif atau tumor paru pada bagian itu.
5. Friction fremitus
Mungkin dapat teraba getaran pada dinding toraks akibat gesekan permukaan kedua pleura (parietalis dan viseralis) yang meradang (pleuritis)
/ friction fremitus pleura atau akibat gesekan kedua permukaan perikardium (parietale dan viserale) pada perikarditis.
Beda antara keduanya adalah pada frivtion fremitus pleura, getaran teraba sinkron dengan gerak inspirasi, sedangkan pada friction fremitus perikardial, getaran teraba sinkron dengan sistolik diastolik jantung (getaran akan dirasakan bersamaan dengan terabanya iktus kordis dan pasien sedang tidak dalam keadaan inspirasi atau ekspirasi). friction fremitus teraba amat halus, lebih halus daripada thrill.
6. Iktus kordis dan pulsasi lain
Tetapkan letak, diameter, kekuatan dan sifat iktus. lokasi pada orang dewasa normal 1-2 cm sebelah medial dari garis midklavikularis kiri di sela iga V (pada anak-anak, di sela iga IV, pada orang tua di sela iga VI)
Iktus yan terletak lebih lateral dari normal terdapat pada dekompensasi kordis kiri, efusi pleura kanan, fibrosis atau atelektasis paru kiri. sedangkan iktus kordis yang terletak lebih medial daripada normal terdapat pada efusi pleura kiri, fibrosis atau atelektasis paru kanan. pada dekompensasi kordis kiri, letak ikterus juga bergeser ke bawah.
Pada dekompensasi kordis kanan, iktus menghilang atau sulit diraba, tetapi terdapat pulsasi kuat di daerah epigastrium atau bagian bawah tulang dada yang berasal dari ventrikel kanan jantung yang mengalami pembesaran (hipertrofi)) dan memukul dinding epigastrium pada waktu sistolik.
Diameter iktus kordis kira-kira 2cm. pada dekompensasi kordis kiri diameter iktus membesar. pada dekompensasi kordis kanan diameter iktus mengecil sampai menghilang. pada hipertrofi ventrikel kiri denyut iktus kuat, pada hipertrofi ventrikel kanan denyut iktus lemah sampai tak teraba sama sekali.
Denyut iktus yang bersifat heaving (naik turun seperti gelombang) terdapat pada AS atau hipertensi. denyut iktus yang bersifat slapping (menampar) terdapat pada AI.
7. Thrill
Thrill adalah getaran yang teraba pada dinding toraks yang berasal dari terjadinya turbulensi aliran darah di dalam jantung atau saat darah dipompa keluar jantung. turbulensi aliran darah dapat terjadi karena adanya hambatan (penyempitan atau stenosis) atau tumbukkan dengan aliran darah yang membalik (regurgitasi). jadi thrill dapat diraba pada adanya stenosis atau insufisiensi katup jantung.
Dengan adanya thrill harus ditentukan adanya tempat thrill itu teraba paling keras (punctum maksimumnya), dan apakah thrill itu teraba pada fase sistolik atau diastolik jantung. punctum maksimum menunjukkan katub mana yang mengalami kelainan dan fase thrill akan memberi petunjuk kelainan katup jantung yang terjadi. misalnya thrill yang punctum maksimumnya di apeks jantung (sela iga V sedikit medial dari garis midklavikularis kiri) menunjukkan kelainan pada katup mitral. bila thrill itu teraba pada fase diastolik maka kelainan yang menyebabkan terjadinya thrill adalah MS. bila thrill itu pada fase sistolik maka penyebabnya adalah MI.
Dengan memakai stetoskop, thrill dapat didengar sebagai bising jantung atau cardiac murmur.
2. Kelainan (bila ada) pada dinding toraks
Tetapkan besar kelainan (ukuran, lokasi, konsistensu, permukaan, suhu, rasa nyeri pada perabaan, permukaan kulit di atas kelainan, mudah tidaknya digerakkan dari dasar dan jaringan sekitarna.
3. Gerak dinding toraks pada saat indpirasi dan ekspirasi
Tetapkan amplitudo gerak napas hemitoraks kanan dan kiri serta bandingkan. kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada tempat-tempat yang simetris.
Normal, amplitudo gerak kedua hemitoraks sama. bila tidak sama kemungkinan terdapat emfisema atau efusi pleura atau atelektasis atau fibrosis pada salah satu sisi, atau pada kedua sisi terdapat kelainan yang tidak sama luasnya atau asimetris.
4. Vocal fremitus
Pasien diminta utuk mengucapkan kata-kata apa saja, misalnya tujuh puluh tujuh berulang ulang dan getaran nya pada dinding toraks diraba oleh kedua telapak tangan dan diletakkan masing-masing pada hemitoraks secara simetris.
Normal, getaran suara pasien pada dinding toraks (vocal fremitus) akan dirasakan sama kuatnya pada tempat-tempat yang simetris.
Bila vocal fremitus melemah pada salah satu sisi, mungkin penyebabnya adalah efusi plera, emfisema, pneumotoraks atau suatu atelektasis obstruktif.
Bila vocal fremitus mengeras ada salah satu sisi atau tempat, kemungkinan karena adanya infiltrat, konsolidasi, atelektasis kompresif atau tumor paru pada bagian itu.
5. Friction fremitus
Mungkin dapat teraba getaran pada dinding toraks akibat gesekan permukaan kedua pleura (parietalis dan viseralis) yang meradang (pleuritis)
/ friction fremitus pleura atau akibat gesekan kedua permukaan perikardium (parietale dan viserale) pada perikarditis.
Beda antara keduanya adalah pada frivtion fremitus pleura, getaran teraba sinkron dengan gerak inspirasi, sedangkan pada friction fremitus perikardial, getaran teraba sinkron dengan sistolik diastolik jantung (getaran akan dirasakan bersamaan dengan terabanya iktus kordis dan pasien sedang tidak dalam keadaan inspirasi atau ekspirasi). friction fremitus teraba amat halus, lebih halus daripada thrill.
6. Iktus kordis dan pulsasi lain
Tetapkan letak, diameter, kekuatan dan sifat iktus. lokasi pada orang dewasa normal 1-2 cm sebelah medial dari garis midklavikularis kiri di sela iga V (pada anak-anak, di sela iga IV, pada orang tua di sela iga VI)
Iktus yan terletak lebih lateral dari normal terdapat pada dekompensasi kordis kiri, efusi pleura kanan, fibrosis atau atelektasis paru kiri. sedangkan iktus kordis yang terletak lebih medial daripada normal terdapat pada efusi pleura kiri, fibrosis atau atelektasis paru kanan. pada dekompensasi kordis kiri, letak ikterus juga bergeser ke bawah.
Pada dekompensasi kordis kanan, iktus menghilang atau sulit diraba, tetapi terdapat pulsasi kuat di daerah epigastrium atau bagian bawah tulang dada yang berasal dari ventrikel kanan jantung yang mengalami pembesaran (hipertrofi)) dan memukul dinding epigastrium pada waktu sistolik.
Diameter iktus kordis kira-kira 2cm. pada dekompensasi kordis kiri diameter iktus membesar. pada dekompensasi kordis kanan diameter iktus mengecil sampai menghilang. pada hipertrofi ventrikel kiri denyut iktus kuat, pada hipertrofi ventrikel kanan denyut iktus lemah sampai tak teraba sama sekali.
Denyut iktus yang bersifat heaving (naik turun seperti gelombang) terdapat pada AS atau hipertensi. denyut iktus yang bersifat slapping (menampar) terdapat pada AI.
7. Thrill
Thrill adalah getaran yang teraba pada dinding toraks yang berasal dari terjadinya turbulensi aliran darah di dalam jantung atau saat darah dipompa keluar jantung. turbulensi aliran darah dapat terjadi karena adanya hambatan (penyempitan atau stenosis) atau tumbukkan dengan aliran darah yang membalik (regurgitasi). jadi thrill dapat diraba pada adanya stenosis atau insufisiensi katup jantung.
Dengan adanya thrill harus ditentukan adanya tempat thrill itu teraba paling keras (punctum maksimumnya), dan apakah thrill itu teraba pada fase sistolik atau diastolik jantung. punctum maksimum menunjukkan katub mana yang mengalami kelainan dan fase thrill akan memberi petunjuk kelainan katup jantung yang terjadi. misalnya thrill yang punctum maksimumnya di apeks jantung (sela iga V sedikit medial dari garis midklavikularis kiri) menunjukkan kelainan pada katup mitral. bila thrill itu teraba pada fase diastolik maka kelainan yang menyebabkan terjadinya thrill adalah MS. bila thrill itu pada fase sistolik maka penyebabnya adalah MI.
Dengan memakai stetoskop, thrill dapat didengar sebagai bising jantung atau cardiac murmur.
No comments:
Post a Comment