Monday, 14 March 2016

PEMERIKSAAN ABDOMEN

Pemeriksaan abdomen dapat dilakukan dalam posisi pasien telentang atau tegak. dinding perut penderita harus dalam keadaan rileks. sebaiknya pasien bernapas melalui mulut atau diajak bercakap-cakap. kedua tungkai jika perlu dalam keadaan fleksi pada sendi paha dan lutut. vesika urinaria lebih baik dalam keadaan kosong. pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Dinding abdomen dibagi dalam 9 regio (area), yaitu regio epigastrum, regio hipokondrium kanan dan kiri, regio umbilikalis, regio lumbalis kiri dan kanan, regio hipogastrika (suprapubik) dan regio inguinalis (iliaka) kanan dan kiri. 

Dinding abdomen juga dapat dibagi menjadi 4 regio yaitu kuadran kanan atas, kuadran kanan bawah. kuadran kiri atas, dan kuadran kiri bawah dengan titik perpotongan garis pembagi vertikal dan horizontal pada umbilikus.

                    


INSPEKSI ABDOMEN

Pada pemeriksaan abdomen yang diperiksa adalah :
1. Bentuk abdomen
2. Kulit dinding perut dan umbilikus
3. Gerakan dinding perut pada saat bernapas
4. Gerakan peristaltik usus yang tampak pada dinding perut


1. BENTUK ABDOMEN

Normal, simetris, mendatar, pada anak-anak agak membuncit hingga masa pubertas. perut yang tampak buncit pada orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh obesitas, kehamilan, tumor intra abdominal, meteorismus, asites, retensio urin.

Perut yang scaphoid (cekung) dapat dijumpai pada orang yang kekurangan makan atau dehidrasi

Bentuk perut yang seperti perut kodok yaitu buncit dengan sagging pada pinggang (bia berbaring telentang), disertai dengan umbilikus yang tertarik ke kiri dan ke kanan (smiling umbilicus) terjadi pada ascites. bila pada pasien asites diinspeksi dalam posisi tegak, tampak perut buncit, umbilicus menonjol (tidak smilling). pada kehamilan atau adanya tumor intra-abdominal, pada posisi tegak maupun telentang perut tampak buncit tanpa sagging pada pinggang dan tanpa smilling umbilicus.

Bentuk perut asimetris dapat disebabkan oleh adanya penonjolan pada salah satu sisi, misalnya karena adanya tumor atau pembesaran hepar atau lien.


2. KULIT DINDING PERUT DAN UMBILICUS

Kulit perut yang keriput menandakan bahwa dinding perut pernah mengalami distensi seperti misalnya karena kehamilan atau pernah asites. juga terdapat pada keadaan dehidrasi. pada pembesaran perut, kulit dinding perut akan tampak tegang, licin dan mengkilat.

Vena kulit mungkin tampak tapi tidak menonjol dan berkelok-kelok. bila tampak demikian, terutama yang terletak di tengah dinding perut disebabkan oleh adanya obstruksi vena porta (misalnya pada sirosis hati). pada obstruksi vena kava, vena yang berdilatasi adalah vena yang terdapat di daerah perifer dinding abdomen. arah aliran darah di dalam vena pada obstruksi vena porta adalah pada vena yang terletak di atas umblikus dari bawah ke atas, sedangkan pada vena yang terletak di bawah umbilikus dari atas ke bawah. pada obstruksi vena kava superior, arah aliran darah dalam vena yang berdilatasi itu semua ke arah bawah, sedangkan pada obstruksi vena kava inferior, semua aliran darah dalam vena itu dari bawah ke atas.

Pada umbilikus dapat terjadi hernia atau neoplasma. pada tumor intraabdominal atau kehamilan, umbilikus dapat menonjol. pada obesitas walaupun perut buncit umbilikus tidak menonjol. smilling umbilikus (pasien dalam posisi telentang) terdapat pada ascites.


3. GERAKAN DINDING PERUT PADA SAAT BERNAPAS

Pulsasi dapat tampak pada dinding perut di daerah epigastrium yang mungkin disebabkan karena hipertrofi ventrikel kanan atau pada orang normal yang amat kurus, pulsasi tampak jelas dan berasal dari denyut aorta abdominalis yang diteruskan ke dinding perut. tetapi bila aorta abdominalisnya mengalami aneurisma, maka denyut itu akan tampak walau pada orang yang tidak kurus seklaipun an bersifat ekspansif (berdenyut ke segala arah). pada penderita tumor labung, pulsasi di daerah epigastrium akan tampak lebih menonjol.

Pulsasi di daerah hipokondrium kanan dapat berasal dari hepar pada pasien yang menderita insufisiensi katup trikuspidalis.

Pada waktu bernapas pada orang normal dinding perut mengembang pada waktu inspirasi dan mengempis pada saat ekspirasi secara simetris. Pada kelumpuhan diafragma atau pada abses sub diafragma, gerakan dinding perut menjadi sebaliknya.

Pada peritonitis tidak ada pergerakan dinding perut sama sekali. pada asites yang amat besar, pergerakan dinding saat bernapas juga tidak tampak


4. GERAKAN PERISTALTIK USUS YANG TAMPAK PADA DINDING PERUT

Pada orang normal tidak tampak gerak peristaltik. tetapi pada obstruksi usus, akan tampak gerak peristaltik di sebelah proksimal dari tempat obstruksi.


PALPASI ABDOMEN

Diperiksa dalam posisi pasien telentang, dalam keadaan rileks, kedua lengan disamping, dan bernapas melalui mulut. kedua tungkai fleksi pada sendi paha dan sendi lutut. raba dnegan telapak tangan dan tekan dengan memfleksikan telapak tangan pada sendi metakarpofalangea. lengan pemeriksa harus horizontal atau sejajar dinding perut pasien (tidak boleh tegak lurus).

Dalam keadaan normal, semua organ dalam (viseral) rongga perut tak dapat diraba, kecuali pada orang kurus yang berdinding perut lebek, dapat teraba sedikit ujung hepar di bawah processus xiphoideus, kutub bawah ginjal kanan, aorta abdominalis, vertebra lumbalis IV dan V, uterus dalam keadaan gravid >3 bulan atau vesika urinaria yang penuh,

Periksa dan laporkan :
  1. Rigiditas dinding perut tau defens muskular
  2. Nyeri tekan, raba atau nyeri lepas
  3. Ada tidaknya asites
  4. Tumor ekstra atau intraabdominal
  5. Gaster, duodenum, jejunum, ileum, kolon
  6. Hepar
  7. Vesika felea
  8. Lien
  9. Ginjal
  10. Vesika urinaria yang penuh
  11. Uterus dan adneksanya

1. Rigiditas dinding perut (defens muskular)

Dinding perut yang normal teraba supel (lemas). pada rigiditas dinding perut dirasakan seperti papan. defens muskular dipastikan dengan cara meletakkan kedua telapak tangan ada m. rektus abdominis kiri dan kanan, kemudian tangan yang satu menekan. bila tangan yang satu lagi merasakan dinding perut berubah menjadi seperti papan, defens muskular positif.

Rigiditas dinding perut terdapat pada tetanus, defens muskular terjadi pada peritonitis (disertai dengan hiperestesia kulit dinding perut)

2. Nyeri tekan atau nyeri raba atau nyeri lepas

Peradangan peritoneum menyebabkan nyeri tekan dan nyeri lepas. peradangan intraabdominal, menyebabkan nyeri tekan. pada kolik abdomen, penekanan pada dinding perut justru meringankan rasa sakit.

3. Ada tidaknya asites

Teknik memeriksa dengan cara palpasi yaitu memeriksa undulasi atau membuktikan adanya gelombang cairan atau getaran cairan (fluid wave atau fluid thrill).

Tangan pemeriksa diletakkan pada salah satu dinding perut, tangan satunya lagi mengetuk-ngetuk sisi dinding perut lainnya ke arah medial. sementara untuk mencegah getaran dinding perut pasien yang dapat mengganggu pemeriksaan, dilakukan penekanan pada garis tengah dengan sisi telapak tangan pasien itu sendiri atau oleh asisten pemeriksa. bila rongga abdomen berisi cairan (asites) maka ketukan pada salah satu sisi tadi akan menyebabkan timbulnya gelombang cairan yang seolah menumbuk tangan pemeriksa yang diletakkan pada sisi perut lainnya.

Asites yang dapat diperiksa dengan cara ini harus cukup banyak atau besar. jika cairan sites hanya sedikit, dapat diperiksa dengan cara lain (perkusi).

4. Tumor ekstra atau intraabdominal

Tumor pada abdomen harus bisa dibedakan apakah intra atau ekstra abdominal. caranya adalah membuat dinding abdomen pasien menjadi tegang hingga tumor intra abdominal akan tenggelam atau masuk ke dalam rongga abdomen sedangkan tumor ekstra abdominal tidak akan terpengaruh dan tetap tinggal pada tempatnya. cara menegangkan dinding perut pasien adalah dengan menyuruh pasien yang sedang telentang untuk mengangkat mengangkat kepalanya sambil dahinya kita tekan ke bawah.

Jika ditemukan tumor harus ditentukan lokasi, ukurn, konsistensi, suhu, permukaan, nyeri atau tidak, dapat atau tidak digerakkan dari dasarnya dan dari kulit atau dinding perut di atasnya. tetapkan jaringan atau organ darimana tumor itu berasal.

5. Hepar

Palpasi hepar dilakukan mulai dari bawah ke arah atas (kaudal ke kranial) sepanjang linea midklavikularis kanan dengan cara meletakkan tangan pemeriksa pada dinding abdomen pada saat pasien ekspirasi, kemudian pasien disuruh melakukan inspirasi sambil tangan pemeriksa berusaha menyentuh hepar yang bergerak turun bersamaan dengan inspirasi tadi.

Bila hepar teraba oleh tangan pemeriksa, tetapkan beberapa cm jaraknya teraba dari arkus kosta, konsistensinya (lunak, kenyal atau keras seperti batu), permukaannta (licin, kasar, berbenjol), tepinya (tajam, tumpul, berbenjol), nyeri tekan atau tidak.

Hepar yang normal tidak teraba di bawah arkus kosta. bila teraba di bawah arkus kosta kemungkinan hepar membesar atau hepar turun (ptosis). konsistensi hepar normal adalah kenyal, permukaannya licin, dan tepi tajam. pada peradangan hati (hepatitis) hepar membesar, konsistensinya dapat kenyal atau lunak, nyeri tekan, permukaan licin, tepi dapat tajam atau tumpul (bila sudah kronik).

Pada sirosis hati, hepar dapat mengecil hingga tak teraba dari sebelumnya teraba dengan permukaan kasar dan tepi tumpul tidak rata, nyeri tekan. pada dekompensasi kordis kanan, hepar membesar, nyeri tekan, konsistensinya kenyal atau lunak, tepi tumpul, permukaan licin.

6. Vesika Felea

Normal vesika felea tak teraba. raba pada sudut yang dibentuk oleh arkus kosta kanan dengan sisi lateral dari m. Rektus abdominis kanan. pada peradangan yang menyebabkan vesika felea membengkak, vesika felea dapat teraba dan terasa nyeri. bentuknya seperti buah peer.

Bila kita letakkan tangan pada susut tempat vesika felea, saat pasien menarik napas panjang, tiba-tiba tarikan napasnya terhenti karena pasien merasa kesakitan, disebut sebagai tanda Murphy (+). rasa nyeri yang ditimbulkan ini disebabkan oleh vesika felea yang meradang tersentuh jari atau tangan pemeriksa saat bergerak turun pada inspirasi. tanda ini menunjukkan pasien menderita kolesistitis.

Penyebab lain pembesaran kandung empedu ialah karena penyumbatan saluran empedu oleh batu atau terjepit oleh karsinoma pada kaput pankreas.

7. Lien

Cara melakukan palpasi pada lien pada dasarnya sama dengan cara palpasi hepar, tetapi arah pemeriksaannya adalah dari spina iliaka anterior superior kanan ke titik perpotongan linea midklavikularis kiri dengan arkus kosta kiri. garis yang menghubungkan kedua titik itu dan melalui umbilikus, dibagi menjadi 8 bagian yang sama dan titik-titik yang membagi garis-garis itu dinamakan titik Schuffner.