DEFINISI
Kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC)
tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit atau metabolik
lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak
termasuk dalam kejang demam.
Kejang demam sederhana
adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, bersifat umum serta tidak
berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh
kejang demam.
Kejang demam disebut
kompleks jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial
satu sisi kejang umum didahului kejang fokal dan berulang atau lebih dari satu kali
dalam 24 jam.
Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam, yaitu (I) imaturitas otak dan termoregulator, (2) demam, dimana kebutuhan oskdigen meningkat, dan (3) predisposisi genetic: > 7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan).
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam adalah gangguan
neurologis yang paling umum pada kelompok usia anak, kejang demam mempengaruhi
2-5% anak-anak antara usia 6 bulan dan 5 tahun di Amerika serikat dan Eropa
barat dengan insiden puncak antara 12 dan 18 bulan. Meskipun kejang demam
terlihat pada semua kelompok etnis, kejang demam lebih sering terlihat pada
populasi Asia (5-10% anak-anak India dan 6-9% anak-anak Jepang). Rasio
laki-laki dan perempuan adalah sekitar 1.6 sampai 1.8. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan
termasuk dalam status ekonomi yang lebih rendah, yang kemungkinan disebabkan
karena akses ke perawatan medis yang tidak memadai.
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko dari
kejang demam yaitu:
·
Usia kurang dari 18 bulan
·
Durasi demam < 1 jam sebelum onset
kejang
·
Temperature 40oC
·
Infeksi virus
·
Riwayat keluarga dengan kejang demam
·
Vaksinasi
·
Defisiensi iron dan zinc
KLASIFIKASI
1. Kejang
demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung
singkat (kurang dari 15 menit, bentuk kejang umum (tonik dan atau klonik),
serta tidak berulang dalam waktu 24 jam
Kejang demam sedderhana
merupakan 80% di antara seluruh kejang demam
Sebagian besar kejang
demam sederhana berlangsung kurang dari 5 menit dan berhenti sendiri
2. Kejang
demam kompleks (complex febrile seizure)
Kejang demam dengan
salah satu ciri berikut:
- Kejang
lama (>15 menit)
- Kejang
fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial
- Berulang
atau lebih dari 1 kali dalam waktu 24 jam
Keterangan:
- Kejang
lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kehang berulang
lebih dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sdar. Kejang lama
terjadi pada 8% kejang demam
- Kejang
fokal adalah kejang parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului kejang
parsial
- Kejang
berulang adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, dan di antara 2
bangkitan kejang anak sadar. Kejang berulang terjadi pada 16% anak yang
mengalami kejang demam
No. |
Klinis |
Kejang
demam sederhana |
Kejang
demam kompleks |
1 |
Durasi |
< 15 menit |
≥ 15 menit |
2 |
Tipe kejang |
Umum |
Umum/fokal |
3 |
Berulang dalam satu episode |
1 kali |
>1 kali |
4 |
Deficit neurologis |
- |
± |
5 |
Riwayat keluarga kejang demam |
± |
± |
6 |
Riwayat keluarga kejang tanpa demam |
± |
± |
7 |
abnormalitas neurologis sebelumnya |
± |
± |
Kejang demam biasanya
terjadi pada awal demam. Sering diperkirakan bahwa cepatnya peningkatan temperatur merupakan pencetus untuk terjadinya kejang. Umumnya serangan tonik-klonik,
awalnya dapat berupa menangis, kemudian tidak sadar dan timbul kekakuan otot.
Selama fase tonik, mungkin disertai henti nafas dan inkontinensia. Kemudian
diikuti fase klonik berulang, ritmik dan akhirnya anak setelah kejang letargi
atau tidur.
Bentuk
kejang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan disertai
kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan
atau hanya sentakan atau kekakuan fokal. Serangan dalam bentuk absens atau
mioklonik sangat jarang.
Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 5 menit dan kurang dari 8% berlangsung lebih dari 15 menit dan 4% kejang berlangsung lebih dari 30 menit. Jadi umumnya anak tidak kejang lagi pada waktu dibawa ke dokter. Bila anak kejang lagi perlu diidentifikasi apakah ada penyakit lain yang memerlukan pengobatan tersendiri. Perlu juga diketahui mengenai pengobatan sebelumnya, ada tidaknya trauma, perkembangan psikomotor dan riwayat keluarga dengan epilepsi atau kejang demam.
DIAGNOSIS
Anamnesis
-
Adanya kejang, jenis kejang, keadaran,
lama kejang
- Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi
dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang, penyabab demam di luar infeksi
susunan saraf pusat (gejala infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran
kemih/ISK, otitis media akut/OMA, dll)
- Riwayat perkembangan, riwayat kejang
demam dan epilepsy dalam keluarga
- Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yng dapat menyebabkan hipoglikemia)
Pemeriksaan fisik
-
Kesadaran: apakah terdapat penurunan
kesadaran
-
Suhu tubuh: apakah terdapat demam
-
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk,
brudzinski I dan II, Kernique, Laseque
-
Pemeriksaan nervus kranial
-
Tanda peningkatan tekanan intracranial:
ubun-ubun besar (UUB) menonjol, papil edema
-
tanda infeksi di luar SSP: ISP, OMA, ISK,
dll
-
pemeriksaan neurologi: tonus, motorik,
reflex fisiologis, reflex patologis
Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai
indikasi untuk mencari penyebab demam atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi
darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah,
urin atau feses
- Pemeriksaan cairan serebrospinal
dilakukan untuk menegakkan/menyingkirkan kemungkinan meningitis. Pada bayi
kecil sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan
diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan
meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal
dianjurkan pada :
o
Bayi usia kurang dari 12 bulan: sangat
dianjurkan
o Bayi suia 12-18 bulan: dianjurkanbayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakun
- Pemeriksaan eletroensefalografi (EEG)
tidak direkomendasikan. EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak
khas, misalnya: kejang demam kompleks pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau
kejang demam fokal
-
Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala)
dilakukan hanya jika ada indikasi, misalnya:
o
Kelainan neurologi fokal yang menetap
(hemiparesis) atau kemungkinan adanya lesi structural di otak (mikrosefali,
spastisitas)
o Terdapat tanda peningkatan tekanan intracranial (kesadaran menurun, muntah berulang, UUB menonjol, paresis nervus VI, edema papil)
TATALAKSANA
Medikamentosa
Pengobatan
medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada algoritme tatalaksana kejang. Saat
ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermitten pada saat demam berupa:
-
Antipiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari
-
Anti
kejang
Diazepam oral dengan dosis 0.3 mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam rektal dosis 0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh >38oC. Terdapat efek samping berupa ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.
-
Pengobatan
jangka panjang/rumatan
Pengobatan jangka
panjang hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan ciri sebagai berikut
(salah satu):
-
Kejang lama > 15 menit
- Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah
kejang : hemiparesis, paresis Todd, palsi serebral, retardasi mental,
hidrosefalus
-
Kejang fokal
Pengobatan
jangka panjang: fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau
asam valproate (dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis) pemberian obat ini
efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang (level I). pengobatan
diberikan selama 1 tahun bebas kejang. Kemudian dihentikan secara bertahap
selama 1-2 bulan.
Indikasi
rawat
-
Kejang demam kompleks
-
Hiperpireksia
-
Usia di bawah 6 bulan
-
Kejang demam pertama kali
- Terdapat kelainan neurologis
Kemungkinan
berulangnya kejang demam
Kejang demam akan
berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam
adalah:
-
Riwayat kejang demam dalam keluarga
-
Usia kurang dari 12 bulan
-
Temperature yang rendah saat kejang
-
Cepatnya kejang setelah demam
Jika seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%. Sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut, kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling ebsar pada tahun pertama.
Faktor
risiko terjadi epilepsi
-
Kelainan neurologis atau perkembangan
yang jelas sebelum kejang demam pertama
-
Kejang demam kompleks
-
Riwayat epilepsi pada orang tua atau
saudara kandung
Masing-masing
faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4-6%. Kombinasi
dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan kepilepsi menjadi 10%-49%.
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat
pada kejang.
PROGNOSIS
Prognosis kejang demam
secara umum sangat baik. Kejadian kecatatan sebagai komplikasi kejang demam
tidak pernah dilaporkan. Pekembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal
pada pasien yang sebelumnya normal. Kelainan neurologis dapat terjadi pada
kasus kejang lama atau kejang berulang, baik umum maupun fokal. Suatu studi
melaporkan terdapat gangguan recognition
memory pad anak yang mengalami kejang lama. Hal tersebut menegaskan
pentingnya terminasi kejang demam yang berpotensi menjadi kejang lama.
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor
risiko berulangnya kejang demam adalah:
-
Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam
keluarga
-
Usia kurang dari 12 bulan
-
Suhu tubuh kurang dari 39o C
saat kejang
-
Interval waktu yang singkat antara
awitan demam denagn terjadinya kejang
-
Apabila kejang demam pertama merupakan
kejang demam kompleks
EDUKASI PADA ORANG TUA
Kejang
merupakan peristiwa yang menakutkan bagi setiap orang tuaa. Pada saat kejang
sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya akan meninggal. Ekcemasan
tersebut harus dikurangi dengan cara diantaranya:
1. Meyakinkan
orang tua bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik\
2. Memberitahukan
cara penanganan kejang
3. Memberikan
informasi mengenai kemungkinan kejang berulang
4. Pemberian
obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif, tetapi harus
diingat adanya efek samping obat.