Friday, 22 December 2017

PRAKTIKUM JAMUR


Sporangiospora

Sediaan dari biakan Mucor dan Rhizopus  dengan pulasan LPCB.

Sporangium tua berisi sporangiospora, sporangium muda berisi cairan atau granula halus, Rhizhoid ada atau tidak ada.






Penicillium


Klamidospora



Sediaan Kerokan kulit dengan KOH 10% (Kulit sehat)



Koloni Filamen


Blastospora

Klamidospora


Candida albican


 Dermatofita


 Aspergillus


Piedra Hitam


Tuesday, 12 December 2017

BALANTIDIASIS


Balantidium coli

Balantidium coli adalah parasite zoonosis yang menyebabkan balantidiosis atau ciliate dysentri yang menyebabkan infeksi usus dan disentri pada manusia. Parasit ini hidup di dalam usus manusia, babi, anjing dan primata. Infeksi ciliate ini dilaporkan dari berbagai negara, terutama yang penduduknya banyak memelihara babi.

Morfologi parasit

Balantidium coli mempunyai 2 bentuk stadium, yaitu stadium trofozoit dan stadium kista. Stadium trofozoitnya berukuran panjang 60-70 mikron dan lebar 40-50 mikron, mempunyai cekungan di bagian anterior tubuhnya yag disebut peristome dimana terdapat mulut (sitostom). Ciliate ini tidak mempunyai usus, tetapi mempunyai anus (cytopyge) yang terdapat di bagian posterior tubuh.




Balantidium coli mempunyai 2 buah inti, yaitu makronukleus yang berukuran besar dan berbentuk ginjal dan mikronukleus yang berbentuk seperti bintik kecil yang terdapat di bagian cekungan dari makronukleus. Trofozoit mempunyai dua buah vakuol kontraktil dari beberapa buah vakuol makanan yang berisi sisa-sisa makanan, leukosit dan eritosit.
Bentuk kista parasite yang bulat, berukuran garis tengah antara 50 sampai 60 mikron, mempunyai dua lapis dinding kista. Kista mempunyai sitoplasma yang berbentuk granuler, mengandung makronukleus, mikronukleus dan sebuah badan retraktil. Vakuol kontraktil kadang-kadang masih dapat ditemukan.

Daur hidup

Daur hidup  Balantidum coli stadium kista maupun stadium trofozoit dapat berlangsung pada satu jenis hospes. Sebagai sumber utama penularan balantidiosis bagi manusia adalah babi karena hewan ini merupakan hospes definitive alami dan juga bertindak selaku hospes reservoir bagi manusia yang sebenarnya hanyalah hospes incidental bagi parasit ini.





Manusia terinfeksi Balantidium coli akibat tertelan air atau makanan mentah yang tercemar tinja babi yang mengandung kista infektif parasite ini. Di dalam usus besar kista berubah menjadi bentuk trofozoit yang kemudian akan tumbuh dan berkembang memperbanyak diri dengan cara pembelahan sel (binary transverse fission) atau secara konjugasu di dalam lumen usus atau di dalam submukosa usus.
Reproduksi konjugasi terjadi dengan cara dua trofozoit membentuk kista bersama, lalu bertukar material inti, akhirnya berpisah kembali menjadi dua trofozoit baru. Jika lingkungan di dalam usus kurang sesuai bagi hidup parasite, maka trofozoit akan berubah menjadi bentuk kista.

Epidemiologi

B.coli terdistribusi di seluruh dunia, tetapi dilaporkan terbanyak di Amerika Latin, Asia Tenggara, Papua New Guinea, dan bagian dari asia timur. Walaupun B.coli banyak ditemukan pada mammalia, babi domestic dan babi hutan dianggap sebagai  reservoir  utama pada infeksi pada manusia dengan prevalensi 40-100%. Pada manusia prevalensinya biasanya kurang dari 1%. Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (60-90%). Penularan antara babi mudah terjadi, sekali-sekali dapat menular pada manusia (zoonosis) penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya pada orang yang memlihara babi dan yang membersihkan kandang babi. Bila tangan orang terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung kista dan kista tertelan, maka terjadilah infeksi.kista tidak mati dengan klorinasi air minum. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkngan dapat mempengaruhi penularan.

Gejala klinis
Penderita yang menderita mengalami infeksi akut akan menunjukkan gejala klinis dan keluhan berupa disentri berat yang berdarah dan berlendir disertai nyeri perut dan kolik yang intermitten, tenesmus, nausea, vomiting, anorexia, nyeri kepala. Insomnia, kelemahan otot, dan penurunan berat badan  juga dilaporkan. Penderita balantidiosis tidak mengalami demam.
Balantidiosis kronis umumnya bersifat asimptomatis, meskipun kadang-kadang dijumpai diare berulang yang diselingi terjadinya konstipasi.


Patologi

Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit ini hampir sama dengan penyakit yang ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica. Penderita yang imunokompeten biasanya tidak memberikan gejala (asimptomatik) namun pada penderita dengan imunokompromais dapat menjadi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. B. coli  menghasilkan enzim hyaluronidase yang memudahkan parasite untuk menginvasi mukosa usus. Infeksi pada manusia terjadi karena tertelan kista infektif bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja babi atau tinja penderita. Pada usus akan terjadi ulserasi, terutama di usus besar. Akibatnya akan terjadi perdarahan dan pembentukan lendir yang dapat dijumpai pada tinja penderita. Pada balantidiasis ini penderita tidak mengalami demam. Di selaput lendir usus besar, stadium vegetatif  membentuk abses kecil yang kemudian pecah, menjadi ulkus yang menggaung. Penyakit dapat berlangsung akut dengan ulkus yang merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus dapat menjadi gangrene yang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi menahun, dengan diare yang diselingi konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah dan kakeksia (cachexia).


Diagnosis Balantidiosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti balantidiosis harus dilakukan pemeriksaan parasitologis atas tinja untuk menemukan kista dan atau trofozoit Balantidium coli.


Pengobatan

Obat pilihan untuk balantidiasis adalah tetrasiklin 4x500 mg/har selama 10 hari. Obat lain adalah metronidazole 3x750 mg/hari. Evaluasi hasil pengobatan dilakukan sampai 1 bulan setelah pengobatan.


Pencegahan

Balantidiosis coli dapat dicegah penularannya dengan selalu menjaga hygiene perorangan dan kebersihan lingkungan agar tidak tercemar dengan tinja babi. Memasak makanan dan minuman akan mencegah penularan parasite ini pada manusia. Selain itu peternakan babi harus ditempatkan jauh dari pemukiman penduduk dan tidak mencemari saluran air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk.


Komplikasi

·   Penurunan berat badan dan dehidrasi sebagai akibat dari diare, dan muntahPerdarahan dapat mengakibatkan shock sebagai akibat dari adanya ulcer atau perforasi yang persisten. Komplikasi ini dapat berakibat fatal


Prognosis

Penderita dengan infeksi ringan dan menahun dapat sembuh dengan pengobatan. Pada penderita lemah, infeksi B.coli dapat menjadi fatal.


REFERENSI :
  • Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Handbook of Medical Parasitology. Sagung seto: Jakarta: 2011
  • Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi ke 4. FKUI; Jakarta: 2008
  • Soedarto. Protozoologi Kedokteran. Cetakan III. Widya Medika; Jakarta: 1995
  • Tille P M. Diagnostic Microbiology. 13th edition. Elsevier; ,Missouri: 2014
  •  Mandell G L. Bennet J E. Dolin R. Principles and Practice of Infectious Disease. 7th edition. Elsevier: Philadelphia: 2010

Friday, 8 December 2017

WUCHERERIA BANCROFTI

Infeksi cacing dewasa Wuchereria bancrofti menyebabkan filariasis bancrofti,  sedangkan larva cacing (mikrofilaria) dapat menimbulkan occult filariasis. Wuchereria bancrofti  dewasa hidup dalam saluran limfe manusia. Filaria ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di Asia, Afrika, Amerika dan Eropa, sedangkan di Indonesia ada 26 provinsi yang merupakan daerah endemis filariasis dnegan microfilaria rate (Mf rate) sebesar 3.1%. Dengan demikian sekitar 6 juta orang indonesia sudah terinfeksi filariasis.

Anatomi dan morfologi

Wuchereria bancrofti  dewasa berbentuk seperti rambut, berwarna putih susu. Panjang  tubuh cacing jantan sekitar 4 cm, mempunyai ekor yang melengkung dilengkapi dua spekulum yang tidak sama panjang. Panjang cacing betia sekitar 10 cm, mempunyai ekor yang runcing bentuknya.

Microfilaria. Stadium infektif cacing ini  mudah ditemukan di dalam darah tepi, dengan panjang sampai 300 mikron, dan lebar 8 mikron. Mikrofilaria mempunyai selubung (Sheath) hialin, dengan inti atau sel somatik berbentuk granul yang susunannya tidak mencapai ujung ekor.


                     Mikrofilaria Wuchereria bancrofti


Daur hidup

Cacing Wuchereria bancrofti tidak termasuk parasit zoonosis dan manusia merupakan satu-satunya hospes definitif cacing ini. Tidak ada hewan yang bertindak sebagai reservoir host cacing ini. Nyamuk genus Culex, Aedes dan Anopheles dapat bertindak sebagai vektor penularan filariasis bancrofti.

Daur hidup Wuchereria bancrofti umumnya bersifat periodik nokturna (nocturnal periodic), sehingga mikrofilaria hanya dijumpai di dalam darah tepi pada malam hari. Filaria yang hidup di daerah Pasifik mempunyai mikrofilaria lebih banyak dijumpai pada waktu siang hari, meskipun dalam jumlah lebih sedikit dapat juga ditemukan pada malam hari (diurnal subperiodic). Di Thailand mikrofilaria Wuchereria bancrofti bersifat subperiodik  nokturna, artinya lebih banyak dijumpai di dalam darah tepi pada waktu malam hari.

Sesudah mikrofilaria yang beredar di dalam darah penderita terhidap oleh nyamuk, di dalam tubuh nyamuk dalam waktu 10 sampai 20 hari larva berkembang menjadi stadium larva stadium tiga yang infektif (L3). Larva stadium 3 panjangnya sekitar 1500 sampai 2000 mikron dan lebar badan antara 19 sampai 23 mikron, dapat ditemukan di dalam selubung proboscis nyamuk yang menjadi vektor perantaranya. Apabila nyamuk ini menggigit manusia lain maka ia akan memindahkan larva L3 yang kemudian secara aktif akan masuk ke saluran limfe lipat paha, skrotum atau saluran limfe perut, dan hidup di tempat tersebut. Sebelum berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia, mikrofilaria mengalami pergantian kulit dua kali. Pada umur 5 sampai 18 bulan cacing dewasa betina telah matang seksual dan sesudah mengadakan kopulasi dengan cacing jantan dapat mulai melahirkan mikrofilaria, yang segera memasuki sistem sirkulasi darah perifer.


Perubahan patologi dan gejala klinis

Wuchereria bancrofti dewasa maupun mikrofilaria dapat menimbulkan gangguan patologi. Akibat iritasi mekanis dan sekresi toksik yang dikeluarkan cacing betina maka akan menyebabkan timbulnya limfatingitis pada pembuluh limfe. Selain itu cacing dewasa yang mati dapat menimbulkan limfangitis dan kadang-kadang terjadi sumbatan atau obstruksi limfatik pada aliran limfe akibat terjadinya fibrosis saluran limfe dan proliferasi endotel saluran limfe. Obstruksi ini menyebabkan terjadinya varises saluran limfe dan elpehantiasis serta hidrokel.

Apabila saluran limfe kandung emih, varises saluran limfe atau ginjal pecah, cairan limfe daat asuk ke dalam aliran urin penderita melalui membran mukosa traktus urinarius. Hal ini menyebabkan urin menjadi berwarna putih susu dan mengandung lemak, albumin dan fibrinogen. Urin yang putih seperti susu ini disebut kiluria, yang kadang-kaang juga mengandung mikrofilaria.

Pada filariasis bancrofti elefantiasis yang kronis dapat mengenai kedua lengan, tungkai, payudara, buah zakar atau vulva, yang hanya dapat diperbaiki melalui tindakan operasi.


Diagnosis filariasis bancrofti

Filariasis bancrofti dimulai dengan terjadinya limfangitis akut dengan gejala-gejala berupa saluran limfe yang dapat diraba, terjadinya pembengkakan saluran limfe, yang selain berwarna merah juga disertai rasa nyeri. Sesudah itu penderita akan mengalami demam disertai menggigil. Selanjutnya penderita akan menunjukkan gejala-gejala dan keluhan limfadenitis, orkitis, funikulitis dan abses.


Elephantiasis bancrofti pada kaki kiri


Obstruksi saluran limfe dapat menimbulkan berbagai akibat klinis berupa varises imfe, hidrokel, kiluria, limfskrotum, dan elephantiasis.

Diagnosis pasti filariasis bancrofti dapat ditetapkan jika pada pemeriksaan darah (tetes tebal) ditemukan mikrofilaria Wuchereria bancrofti yang khas bentuknya di dalam darah tepi. Kadang-kadang mikrofilaria juga ditemukan di dalam kiluria, eksudat varises limfe dan cairan hidrokel. Pada awal dari timbulnya gejala klinis mirofilaria tidak dapat ditemukan. Juga mikrofilaria tidak dapat dijumpai sesudah terjadinya limfangitis akibat matinya cacing dewasa dan jika telah terjadi elefantiasus akibat obstruksi limfatik. Pada biopsi kelenjar limfe kadang-kadang dapat ditemukan cacing dewasa. Pada pemeriksaan darag penderita gambaran darah menunjukkan adanya eosinofilia antara 5 - 15%. Pemeriksaan imunologik misalnya Uji Fiksasi Komplemen. Uji Hemaglutinasi tak langsung, atau pemeriksaan imunofluoresensi tak langsung dapat dilakukan untuk membantu mengakkan diagnosis filariasis.


Pengobatan filariasis bancrofti

Pada saat ini yang paling banyak digunakan untuk mengobati filariasis bancrofti adalah Dietilcarbamasin sitrat (DEC) yang diberikan dengan dosis 3x2 mg/kg berat badan/hari, selama 4 minggu DEC ditujukan untuk memberantas mirofilaria, mengobati filariasis pada tahap akut, untuk mengobati kiluria, limfedema, dan diberikan pada tahap awal elefantiasis. DEC juga dapat diberikan dalam bentuk dosis tunggal 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari.

Pada pengobatan masal (mass treatment) di daerah endemis diberikan DEC 6 mg/kg berat badan per hari  yang diberikan satu kali satu bulan, sebanyak 12 kali.

Jika terjadi alergi atau timbul panas dan rasa sakit, antihistamin, analgetik dan antipiretik dapat diberikan sesuai dengan keperluan. Jika hidrokel atau elphantiasis yang lanjut telah terjadi, komplikasi filariasis ini hanya dapat diatasi melalui pembedahan.


Pencegahan filariasis

Untuk mencegah penularan filariasis tindakan-tindakan yang harus dilakukan adalah melaksanakan pengobatan masal pada penduduk daerah endemis filariasis, pengobatan pencegahan terhadap pendatang yang berasal dari daerah non endemis filariasis, dan memberantas nyamuk yang menjadi vektor penularnya di daerah tersebut.

Selain itu, Lingkungan harus diupayakan agar bebas nyamuk vektor penularnya dan mencegah gigitan nyamuk menggunakan repellent atau kelambu pada waktu tidur.


Referensi : Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Handbook of Medical Parasitology. Sagung Seto: Jakarta: 2011