Infeksi cacing dewasa Wuchereria bancrofti menyebabkan filariasis bancrofti, sedangkan larva cacing (mikrofilaria) dapat menimbulkan occult filariasis. Wuchereria bancrofti dewasa hidup dalam saluran limfe manusia. Filaria ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis di Asia, Afrika, Amerika dan Eropa, sedangkan di Indonesia ada 26 provinsi yang merupakan daerah endemis filariasis dnegan microfilaria rate (Mf rate) sebesar 3.1%. Dengan demikian sekitar 6 juta orang indonesia sudah terinfeksi filariasis.
Anatomi dan morfologi
Wuchereria bancrofti dewasa berbentuk seperti rambut, berwarna putih susu. Panjang tubuh cacing jantan sekitar 4 cm, mempunyai ekor yang melengkung dilengkapi dua spekulum yang tidak sama panjang. Panjang cacing betia sekitar 10 cm, mempunyai ekor yang runcing bentuknya.
Microfilaria. Stadium infektif cacing ini mudah ditemukan di dalam darah tepi, dengan panjang sampai 300 mikron, dan lebar 8 mikron. Mikrofilaria mempunyai selubung (Sheath) hialin, dengan inti atau sel somatik berbentuk granul yang susunannya tidak mencapai ujung ekor.
Mikrofilaria Wuchereria bancrofti
Daur hidup
Cacing Wuchereria bancrofti tidak termasuk parasit zoonosis dan manusia merupakan satu-satunya hospes definitif cacing ini. Tidak ada hewan yang bertindak sebagai reservoir host cacing ini. Nyamuk genus Culex, Aedes dan Anopheles dapat bertindak sebagai vektor penularan filariasis bancrofti.
Daur hidup Wuchereria bancrofti umumnya bersifat periodik nokturna (nocturnal periodic), sehingga mikrofilaria hanya dijumpai di dalam darah tepi pada malam hari. Filaria yang hidup di daerah Pasifik mempunyai mikrofilaria lebih banyak dijumpai pada waktu siang hari, meskipun dalam jumlah lebih sedikit dapat juga ditemukan pada malam hari (diurnal subperiodic). Di Thailand mikrofilaria Wuchereria bancrofti bersifat subperiodik nokturna, artinya lebih banyak dijumpai di dalam darah tepi pada waktu malam hari.
Sesudah mikrofilaria yang beredar di dalam darah penderita terhidap oleh nyamuk, di dalam tubuh nyamuk dalam waktu 10 sampai 20 hari larva berkembang menjadi stadium larva stadium tiga yang infektif (L3). Larva stadium 3 panjangnya sekitar 1500 sampai 2000 mikron dan lebar badan antara 19 sampai 23 mikron, dapat ditemukan di dalam selubung proboscis nyamuk yang menjadi vektor perantaranya. Apabila nyamuk ini menggigit manusia lain maka ia akan memindahkan larva L3 yang kemudian secara aktif akan masuk ke saluran limfe lipat paha, skrotum atau saluran limfe perut, dan hidup di tempat tersebut. Sebelum berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia, mikrofilaria mengalami pergantian kulit dua kali. Pada umur 5 sampai 18 bulan cacing dewasa betina telah matang seksual dan sesudah mengadakan kopulasi dengan cacing jantan dapat mulai melahirkan mikrofilaria, yang segera memasuki sistem sirkulasi darah perifer.
Perubahan patologi dan gejala klinis
Wuchereria bancrofti dewasa maupun mikrofilaria dapat menimbulkan gangguan patologi. Akibat iritasi mekanis dan sekresi toksik yang dikeluarkan cacing betina maka akan menyebabkan timbulnya limfatingitis pada pembuluh limfe. Selain itu cacing dewasa yang mati dapat menimbulkan limfangitis dan kadang-kadang terjadi sumbatan atau obstruksi limfatik pada aliran limfe akibat terjadinya fibrosis saluran limfe dan proliferasi endotel saluran limfe. Obstruksi ini menyebabkan terjadinya varises saluran limfe dan elpehantiasis serta hidrokel.
Apabila saluran limfe kandung emih, varises saluran limfe atau ginjal pecah, cairan limfe daat asuk ke dalam aliran urin penderita melalui membran mukosa traktus urinarius. Hal ini menyebabkan urin menjadi berwarna putih susu dan mengandung lemak, albumin dan fibrinogen. Urin yang putih seperti susu ini disebut kiluria, yang kadang-kaang juga mengandung mikrofilaria.
Pada filariasis bancrofti elefantiasis yang kronis dapat mengenai kedua lengan, tungkai, payudara, buah zakar atau vulva, yang hanya dapat diperbaiki melalui tindakan operasi.
Diagnosis filariasis bancrofti
Filariasis bancrofti dimulai dengan terjadinya limfangitis akut dengan gejala-gejala berupa saluran limfe yang dapat diraba, terjadinya pembengkakan saluran limfe, yang selain berwarna merah juga disertai rasa nyeri. Sesudah itu penderita akan mengalami demam disertai menggigil. Selanjutnya penderita akan menunjukkan gejala-gejala dan keluhan limfadenitis, orkitis, funikulitis dan abses.
Anatomi dan morfologi
Wuchereria bancrofti dewasa berbentuk seperti rambut, berwarna putih susu. Panjang tubuh cacing jantan sekitar 4 cm, mempunyai ekor yang melengkung dilengkapi dua spekulum yang tidak sama panjang. Panjang cacing betia sekitar 10 cm, mempunyai ekor yang runcing bentuknya.
Microfilaria. Stadium infektif cacing ini mudah ditemukan di dalam darah tepi, dengan panjang sampai 300 mikron, dan lebar 8 mikron. Mikrofilaria mempunyai selubung (Sheath) hialin, dengan inti atau sel somatik berbentuk granul yang susunannya tidak mencapai ujung ekor.
Mikrofilaria Wuchereria bancrofti
Daur hidup
Cacing Wuchereria bancrofti tidak termasuk parasit zoonosis dan manusia merupakan satu-satunya hospes definitif cacing ini. Tidak ada hewan yang bertindak sebagai reservoir host cacing ini. Nyamuk genus Culex, Aedes dan Anopheles dapat bertindak sebagai vektor penularan filariasis bancrofti.
Daur hidup Wuchereria bancrofti umumnya bersifat periodik nokturna (nocturnal periodic), sehingga mikrofilaria hanya dijumpai di dalam darah tepi pada malam hari. Filaria yang hidup di daerah Pasifik mempunyai mikrofilaria lebih banyak dijumpai pada waktu siang hari, meskipun dalam jumlah lebih sedikit dapat juga ditemukan pada malam hari (diurnal subperiodic). Di Thailand mikrofilaria Wuchereria bancrofti bersifat subperiodik nokturna, artinya lebih banyak dijumpai di dalam darah tepi pada waktu malam hari.
Sesudah mikrofilaria yang beredar di dalam darah penderita terhidap oleh nyamuk, di dalam tubuh nyamuk dalam waktu 10 sampai 20 hari larva berkembang menjadi stadium larva stadium tiga yang infektif (L3). Larva stadium 3 panjangnya sekitar 1500 sampai 2000 mikron dan lebar badan antara 19 sampai 23 mikron, dapat ditemukan di dalam selubung proboscis nyamuk yang menjadi vektor perantaranya. Apabila nyamuk ini menggigit manusia lain maka ia akan memindahkan larva L3 yang kemudian secara aktif akan masuk ke saluran limfe lipat paha, skrotum atau saluran limfe perut, dan hidup di tempat tersebut. Sebelum berkembang menjadi cacing dewasa di dalam tubuh manusia, mikrofilaria mengalami pergantian kulit dua kali. Pada umur 5 sampai 18 bulan cacing dewasa betina telah matang seksual dan sesudah mengadakan kopulasi dengan cacing jantan dapat mulai melahirkan mikrofilaria, yang segera memasuki sistem sirkulasi darah perifer.
Perubahan patologi dan gejala klinis
Wuchereria bancrofti dewasa maupun mikrofilaria dapat menimbulkan gangguan patologi. Akibat iritasi mekanis dan sekresi toksik yang dikeluarkan cacing betina maka akan menyebabkan timbulnya limfatingitis pada pembuluh limfe. Selain itu cacing dewasa yang mati dapat menimbulkan limfangitis dan kadang-kadang terjadi sumbatan atau obstruksi limfatik pada aliran limfe akibat terjadinya fibrosis saluran limfe dan proliferasi endotel saluran limfe. Obstruksi ini menyebabkan terjadinya varises saluran limfe dan elpehantiasis serta hidrokel.
Apabila saluran limfe kandung emih, varises saluran limfe atau ginjal pecah, cairan limfe daat asuk ke dalam aliran urin penderita melalui membran mukosa traktus urinarius. Hal ini menyebabkan urin menjadi berwarna putih susu dan mengandung lemak, albumin dan fibrinogen. Urin yang putih seperti susu ini disebut kiluria, yang kadang-kaang juga mengandung mikrofilaria.
Pada filariasis bancrofti elefantiasis yang kronis dapat mengenai kedua lengan, tungkai, payudara, buah zakar atau vulva, yang hanya dapat diperbaiki melalui tindakan operasi.
Diagnosis filariasis bancrofti
Filariasis bancrofti dimulai dengan terjadinya limfangitis akut dengan gejala-gejala berupa saluran limfe yang dapat diraba, terjadinya pembengkakan saluran limfe, yang selain berwarna merah juga disertai rasa nyeri. Sesudah itu penderita akan mengalami demam disertai menggigil. Selanjutnya penderita akan menunjukkan gejala-gejala dan keluhan limfadenitis, orkitis, funikulitis dan abses.
Elephantiasis bancrofti pada kaki kiri
Obstruksi saluran limfe dapat menimbulkan berbagai akibat klinis berupa varises imfe, hidrokel, kiluria, limfskrotum, dan elephantiasis.
Diagnosis pasti filariasis bancrofti dapat ditetapkan jika pada pemeriksaan darah (tetes tebal) ditemukan mikrofilaria Wuchereria bancrofti yang khas bentuknya di dalam darah tepi. Kadang-kadang mikrofilaria juga ditemukan di dalam kiluria, eksudat varises limfe dan cairan hidrokel. Pada awal dari timbulnya gejala klinis mirofilaria tidak dapat ditemukan. Juga mikrofilaria tidak dapat dijumpai sesudah terjadinya limfangitis akibat matinya cacing dewasa dan jika telah terjadi elefantiasus akibat obstruksi limfatik. Pada biopsi kelenjar limfe kadang-kadang dapat ditemukan cacing dewasa. Pada pemeriksaan darag penderita gambaran darah menunjukkan adanya eosinofilia antara 5 - 15%. Pemeriksaan imunologik misalnya Uji Fiksasi Komplemen. Uji Hemaglutinasi tak langsung, atau pemeriksaan imunofluoresensi tak langsung dapat dilakukan untuk membantu mengakkan diagnosis filariasis.
Pengobatan filariasis bancrofti
Pada saat ini yang paling banyak digunakan untuk mengobati filariasis bancrofti adalah Dietilcarbamasin sitrat (DEC) yang diberikan dengan dosis 3x2 mg/kg berat badan/hari, selama 4 minggu DEC ditujukan untuk memberantas mirofilaria, mengobati filariasis pada tahap akut, untuk mengobati kiluria, limfedema, dan diberikan pada tahap awal elefantiasis. DEC juga dapat diberikan dalam bentuk dosis tunggal 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari.
Pada pengobatan masal (mass treatment) di daerah endemis diberikan DEC 6 mg/kg berat badan per hari yang diberikan satu kali satu bulan, sebanyak 12 kali.
Jika terjadi alergi atau timbul panas dan rasa sakit, antihistamin, analgetik dan antipiretik dapat diberikan sesuai dengan keperluan. Jika hidrokel atau elphantiasis yang lanjut telah terjadi, komplikasi filariasis ini hanya dapat diatasi melalui pembedahan.
Pencegahan filariasis
Untuk mencegah penularan filariasis tindakan-tindakan yang harus dilakukan adalah melaksanakan pengobatan masal pada penduduk daerah endemis filariasis, pengobatan pencegahan terhadap pendatang yang berasal dari daerah non endemis filariasis, dan memberantas nyamuk yang menjadi vektor penularnya di daerah tersebut.
Selain itu, Lingkungan harus diupayakan agar bebas nyamuk vektor penularnya dan mencegah gigitan nyamuk menggunakan repellent atau kelambu pada waktu tidur.
Referensi : Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Handbook of Medical Parasitology. Sagung Seto: Jakarta: 2011
No comments:
Post a Comment