Tuesday, 12 December 2017

BALANTIDIASIS


Balantidium coli

Balantidium coli adalah parasite zoonosis yang menyebabkan balantidiosis atau ciliate dysentri yang menyebabkan infeksi usus dan disentri pada manusia. Parasit ini hidup di dalam usus manusia, babi, anjing dan primata. Infeksi ciliate ini dilaporkan dari berbagai negara, terutama yang penduduknya banyak memelihara babi.

Morfologi parasit

Balantidium coli mempunyai 2 bentuk stadium, yaitu stadium trofozoit dan stadium kista. Stadium trofozoitnya berukuran panjang 60-70 mikron dan lebar 40-50 mikron, mempunyai cekungan di bagian anterior tubuhnya yag disebut peristome dimana terdapat mulut (sitostom). Ciliate ini tidak mempunyai usus, tetapi mempunyai anus (cytopyge) yang terdapat di bagian posterior tubuh.




Balantidium coli mempunyai 2 buah inti, yaitu makronukleus yang berukuran besar dan berbentuk ginjal dan mikronukleus yang berbentuk seperti bintik kecil yang terdapat di bagian cekungan dari makronukleus. Trofozoit mempunyai dua buah vakuol kontraktil dari beberapa buah vakuol makanan yang berisi sisa-sisa makanan, leukosit dan eritosit.
Bentuk kista parasite yang bulat, berukuran garis tengah antara 50 sampai 60 mikron, mempunyai dua lapis dinding kista. Kista mempunyai sitoplasma yang berbentuk granuler, mengandung makronukleus, mikronukleus dan sebuah badan retraktil. Vakuol kontraktil kadang-kadang masih dapat ditemukan.

Daur hidup

Daur hidup  Balantidum coli stadium kista maupun stadium trofozoit dapat berlangsung pada satu jenis hospes. Sebagai sumber utama penularan balantidiosis bagi manusia adalah babi karena hewan ini merupakan hospes definitive alami dan juga bertindak selaku hospes reservoir bagi manusia yang sebenarnya hanyalah hospes incidental bagi parasit ini.





Manusia terinfeksi Balantidium coli akibat tertelan air atau makanan mentah yang tercemar tinja babi yang mengandung kista infektif parasite ini. Di dalam usus besar kista berubah menjadi bentuk trofozoit yang kemudian akan tumbuh dan berkembang memperbanyak diri dengan cara pembelahan sel (binary transverse fission) atau secara konjugasu di dalam lumen usus atau di dalam submukosa usus.
Reproduksi konjugasi terjadi dengan cara dua trofozoit membentuk kista bersama, lalu bertukar material inti, akhirnya berpisah kembali menjadi dua trofozoit baru. Jika lingkungan di dalam usus kurang sesuai bagi hidup parasite, maka trofozoit akan berubah menjadi bentuk kista.

Epidemiologi

B.coli terdistribusi di seluruh dunia, tetapi dilaporkan terbanyak di Amerika Latin, Asia Tenggara, Papua New Guinea, dan bagian dari asia timur. Walaupun B.coli banyak ditemukan pada mammalia, babi domestic dan babi hutan dianggap sebagai  reservoir  utama pada infeksi pada manusia dengan prevalensi 40-100%. Pada manusia prevalensinya biasanya kurang dari 1%. Parasit ini banyak ditemukan pada babi yang dipelihara (60-90%). Penularan antara babi mudah terjadi, sekali-sekali dapat menular pada manusia (zoonosis) penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi, misalnya pada orang yang memlihara babi dan yang membersihkan kandang babi. Bila tangan orang terkontaminasi dengan tinja babi yang mengandung kista dan kista tertelan, maka terjadilah infeksi.kista tidak mati dengan klorinasi air minum. Kebersihan perorangan dan sanitasi lingkngan dapat mempengaruhi penularan.

Gejala klinis
Penderita yang menderita mengalami infeksi akut akan menunjukkan gejala klinis dan keluhan berupa disentri berat yang berdarah dan berlendir disertai nyeri perut dan kolik yang intermitten, tenesmus, nausea, vomiting, anorexia, nyeri kepala. Insomnia, kelemahan otot, dan penurunan berat badan  juga dilaporkan. Penderita balantidiosis tidak mengalami demam.
Balantidiosis kronis umumnya bersifat asimptomatis, meskipun kadang-kadang dijumpai diare berulang yang diselingi terjadinya konstipasi.


Patologi

Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit ini hampir sama dengan penyakit yang ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica. Penderita yang imunokompeten biasanya tidak memberikan gejala (asimptomatik) namun pada penderita dengan imunokompromais dapat menjadi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. B. coli  menghasilkan enzim hyaluronidase yang memudahkan parasite untuk menginvasi mukosa usus. Infeksi pada manusia terjadi karena tertelan kista infektif bersama makanan atau minuman yang tercemar tinja babi atau tinja penderita. Pada usus akan terjadi ulserasi, terutama di usus besar. Akibatnya akan terjadi perdarahan dan pembentukan lendir yang dapat dijumpai pada tinja penderita. Pada balantidiasis ini penderita tidak mengalami demam. Di selaput lendir usus besar, stadium vegetatif  membentuk abses kecil yang kemudian pecah, menjadi ulkus yang menggaung. Penyakit dapat berlangsung akut dengan ulkus yang merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus dapat menjadi gangrene yang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi menahun, dengan diare yang diselingi konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah dan kakeksia (cachexia).


Diagnosis Balantidiosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti balantidiosis harus dilakukan pemeriksaan parasitologis atas tinja untuk menemukan kista dan atau trofozoit Balantidium coli.


Pengobatan

Obat pilihan untuk balantidiasis adalah tetrasiklin 4x500 mg/har selama 10 hari. Obat lain adalah metronidazole 3x750 mg/hari. Evaluasi hasil pengobatan dilakukan sampai 1 bulan setelah pengobatan.


Pencegahan

Balantidiosis coli dapat dicegah penularannya dengan selalu menjaga hygiene perorangan dan kebersihan lingkungan agar tidak tercemar dengan tinja babi. Memasak makanan dan minuman akan mencegah penularan parasite ini pada manusia. Selain itu peternakan babi harus ditempatkan jauh dari pemukiman penduduk dan tidak mencemari saluran air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan penduduk.


Komplikasi

·   Penurunan berat badan dan dehidrasi sebagai akibat dari diare, dan muntahPerdarahan dapat mengakibatkan shock sebagai akibat dari adanya ulcer atau perforasi yang persisten. Komplikasi ini dapat berakibat fatal


Prognosis

Penderita dengan infeksi ringan dan menahun dapat sembuh dengan pengobatan. Pada penderita lemah, infeksi B.coli dapat menjadi fatal.


REFERENSI :
  • Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Handbook of Medical Parasitology. Sagung seto: Jakarta: 2011
  • Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi ke 4. FKUI; Jakarta: 2008
  • Soedarto. Protozoologi Kedokteran. Cetakan III. Widya Medika; Jakarta: 1995
  • Tille P M. Diagnostic Microbiology. 13th edition. Elsevier; ,Missouri: 2014
  •  Mandell G L. Bennet J E. Dolin R. Principles and Practice of Infectious Disease. 7th edition. Elsevier: Philadelphia: 2010

No comments:

Post a Comment